FANTASI SEBAGAI SUATU KEMAMPUAN
ILMU PENGETAHUAN
Paper Halaqoh
Disajikan pada tanggal 27 Desember 2012
Pengasuh:
Prof. Dr. KH. Ahmad Mudlor, S.H
Oleh:
Arsinta
Sulistyorini
Mahasiswa
semester III
Jurusan Biologi
Fakultas Sains
dan Teknologi
Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Halaqoh Ilmiah
LEMBAGA
TINGGI PESANTREN LUHUR MALANG
Desember 2012
A. Pendahuluan
B.
Alhamdulillah Puji syukur kehadirat Allah SWT atas
semua nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan paper halaqoh dengan judul Fantasi Sebagai Suatu Kemampuan Ilmu
Pengetahuan. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Manusia dalam hidup dan kehidupannya selalu
melaksanakan suatu aktivitas atau kegiatan. Dalam melaksanakan aktivitas
tersebut seperangkat alat-alat kejiwaan dalam diri manusia bekerja. Alat-alat
kejiwaan itu saling mengisi, kait-mengait antara satu dengan yang lainnya, baik
bersifat fisik maupun yang bersifat psikis.
Kedua jenis aktivitas tersebut hanya dapat
dibedakan, tapi tidak bisa dipisahkan, karena manusia itu merupakan satu
kesatuan yang mempunyai sifat fisiologis-psikologis.
Misalnya, seseorang yang sedang mengetik (aktivitas jasmaniah), harus sudah
menghafal kata-kata atau kalimat yang akan diketik sekaligus hafal di mana
letak huruf-hurufnya, angka-angka dan tanda-tanda lainnya (aktivitas ruhaniah).
Bagaimana kaitannya aktivitas manusia terhadap suatu
ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dapat dikatakan bermutu, jika prosesnya
berlangsung secara menarik dan menantang serta dengan fantasi yang sangat
menarik sehingga setiap individu belajar dan mengolah serta mengembangkan kreatifitasnya
sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan. Proses ilmu
pengetahuan yang bermutu akan membuahkan hasil yang bermutu dan relevan dengan
segala aspek dan kebutuhan.
Fantasi yang bagaimanakah yang dapat mengembangkan
daya fikir dan kreatifitas sehingga dapat menciptakan teori-teori baru atau
pengembangan teori-teori yang sudah ada serta mengoptimalkan kualitas ilmu
pengetahuan dan pada akhirnya dicapai keunggulan sumber daya manusia yang dapat
menguasai pengetahuan, keterampilan dan keahlian sesuai dengan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang terus berkembang.
C. Pembahasan
Menurut bahasa sehari-hari fantasi adalah khayalan,
lamunan, hiasan dan lain-lain. Sedangkan menurut bahasa psikologis, adalah
kemampuan jiwa untuk membayangkan sesuatu berdasarkan tanggapan yang telah ada.[1] Soemanto,
1990 berpendapat bahwa fantasi adalah sebagai aktivitas imajiner untuk membentuk
tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang lama yang telah ada,
dan tanggapan yang baru itu tidaklah harus sama atau sesuai dengan benda-benda
yang ada.
Fantasi tidak harus didahului oleh suatu perangsang
sehingga merupakan suatu bentuk kegiatan yang sangat ringan, murah, gratis, dan
dapat dilakukan oleh siapa saja. Di dalam dunia fantasi seseorang dapat
berimajinasi sesuka hatinya dengan bebas tanpa disertai pertanggung jawaban. Dengan
berfantasi seseorang bisa membentuk sesuatu yang sebelumnya tidak ada menjadi ada
dan kadang-kadang hanya menjadi khayalan belaka. Fantasi juga dapat membawa
manusia melewati dunia riil dan terbawa ke alam imajinasinya.
Ilmu jiwa modern memberi batasan bahwa fantasi ialah
suatu daya jiwa untuk untuk menciptakan sesuatu yang baru. Tergambar dalam
firman Allah:
اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ
عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ
وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى يُدَبِّرُ الْأَمْرَ يُفَصِّلُ
الْآَيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ
Artinya : “Allah-lah Yang
meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia
bersemayam di atas ‘Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing
beredar menurut waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya),
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu)
dengan Tuhanmu.” (QS. Ar-Ra’d: 2)
Ayat tersebut telah menggambarkan tentang Isyarat adanya Gravitasi Bumi dengan
berfantasi dari tanda-tanda yang telah ditampakkan dan dijelaskan oleh Allah
SWT dalam Al-Qur’an.
Bertolak dari
berbagai pengertian di atas, maka fantasi merupakan kemampuan jiwa seseorang
yang dapat terjadi secara[2]:
1. Sengaja
atau disadari. Maksudnya, seseorang betul-betul menyadari akan fantasinya. Misalnya
seorang pelukis yang sedang menciptakan lukisan dengan kemampuan fantasinya
atau seorang pemahat yang sedang memahat arca atas dasar daya fantasinya.
Fantasi
yang disadari dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu secara aktif dan yanng
secara pasif. Fantasi secara aktif itu dikendalikan oleh fikiran dan kemauan
sedangkan fantasi secara pasif itu tidak dikendalikan jadi seolah-olah orangnya
hanya pasif saja sebagai wadah tempat bermainnya tanggapan-tanggapan.
Selanjutnya
kedua macam fantasi itu, baik yang aktif atau yang pasif, dapat bersifat mengabstraksikan,
atau mendeterminasikan, ataupun mengombinasikan.[3]
2. Tidak
disengaja atau tidak disadari. Hal ini terjadi apabila seseorang tidak secara
sadar telah dituntun oleh fantasinya. Keadaan seperti ini sering dijumpai pada anak-anak,
dimana anak sering mengemukakan sesuatu hal yang bersifat fantasi sekalipun
tidak ada niatan untuk berdusta. Seperti anak memberikan berita yang tidak
sesuai dengan kenyataan yang ada, sekalipun dia tidak bermaksud untuk berbohong
(dalam hal ini anak tidak menyadari telah dituntun oleh fantasinya).
Apabila
dilihat dari segi cara orang berfantasi, maka fantasi dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu fantasi abstraksi,
fantasi determinasi dan kombinasi (Bimo
Walgito, 1983: 100):
1. Fantasi
abstraksi, yaitu fantasi yang beberapa keadaan atau sifat yang dikhayalkan
menghilang. Misalnya anak yang belum pernah melihat gurun pasir, maka pakailah
alun-alun sebagai bahan apersepsinya. Tetapi dalam menjelaskannya tanpa
pohon-pohon dan rerumputan, sebab padang pasir itu seluruh tanahnya adalah
terdiri dari pasir.
2. Fantasi
determinasi, yaitu menentukan bangun atau bentuk suatu obyek yang dikhayalkan
dengan cara memperbesar atau memperkecil ciri-cirinya. Misalnya, gambaran kolam
renang, lalu diperluas menjadi lautan. Anak yang belum pernah melihat harimau,
maka kucing dipergunakan sebagai bahan apersepsi untuk memberikan pengertian
tentang harimau.
3. Fantasi
kombinasi, yaitu menghubungkan tanggapan yang satu dengan yang lainnya sehingga
terwujud fantasi yang berbentuk baru. Misalnya, kita berfantasi tentang ikan duyung, maka kepalanya seperti kepala
wanita cantik tapi berbadan ikan. Jadi, terdapat kombinasi antara kepala
manusia dengan badan ikan.
Fantasi
berbeda dengan berpikir, fantasi proses kerjanya yaitu lepas dari realitas
sedangkan berpikir berusaha untuk menemukan sesuatu yang baru dan berpikir itu
terikat oleh realitas.
Film
Flash Gordon yang pernah kita lihat
mula-mula dikenal dengan film fantasi yang kemudian menjadi kenyataan, yaitu
penerbangan ke luar angkasa. Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
pada abad modern ini seperti pencipta roket, Apollo, pencipta teori-teori baru
dalam lapangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah sesuatu yang tidak mungkin
terwujud bilaman tanpa fantasi yang ada pada dirinya.
Aktifitas
yang terjadi pada fantasi dapat dikelompokkan sebagai berikut:[4]
1. Fantasi
menciptakan, merupakan bentuk atau jenis fantasi yang menciptakan (menghasilkan
ciptaan) sesuatu. Misalnya seorang ahli
mode pakaian telah mendesain atau menciptakan model pakaian atas dasar daya
fantasinya, sesuai dengan tren-tren masanya, atau seorang pelukis yang
menciptakan sesuatu lukisan atas dasar fantasinya.
2. Fantasi
dipimpin atau dituntun, merupakan bentuk atau jenis fantasi yang dituntun oleh
pihak lain. Misalnya seorang yang sedang menonton di TV, maka orang tersebut
dapat mengikuti apa yang dilihatnya dan dapat berfantasi tentang keadaan atau
tempat-tempat lain melalui TV. Begitu juga kalau seseorang berfantasi karena
mendengarkan suatu berita atau membaca suatu cerita, maka secara tidak langsung
orang tersebut akan mengikuti apa yang didengar atau dibaca.
Fantasi
bila dibandingkan dengan kemampuan-kemampuan jiwa yang lain ternyata fantasi
itu bisa berakibat positif dan bisa berakibat negatif. Adapun fantasi yang
positif, misalnya:[5]
1.
Dengan fantasi, seseorang bisa
menciptakan karya yang besar, seperti menciptakan roket, teori-teori baru dalam
lapangan ilmu pengetahuan, seniman menciptakan hal baru yang sebelumnya tidak
ada.
2.
Dengan fantasi seseorang bisa mengambil
intisari dan mengikuti perjalanan sejarah sekaligus bisa membentuk watak
seseorang.
3.
Dengan fantasi seseorang bisa
melaksanakan dan merintis kehidupan yang lebih baik dan memilih bekal untuk
menempuh kehidupan yang lebih indah dan bahagia.
4.
Fantasi memungkinkan orang untuk melepaskan diri dari ruang dan waktu, dengan
demikian maka dia dapat:
a.
Memahami apa yang terjadi di tempat lain, hal inilah antara lain yang memungkinkan
orang belajar geografi.
b.
Memahami apa yang terjadi waktu yang lain , hal inilah antara lain yang
memungkinkan orang belajar sejarah.
5. Dengan alat-alat
pelajaran/pengajaran untuk dapat mengembangkan fantasi anak didik secara luas
dan leluasa.
6. Fantasi memungkinkan
manusia untuk menciptakan sesuatu yang dikejar, membentuk masa depan yang ideal
dan berusaha merealisasikannya.
7. Fantasi memungkinkan
orang untuk menyelesaikan konflik riil secara imajiner, sehingga dapat
mengurangi tegangan psikis, dan menjaga keseimbangan batin.
Sedang
fantasi yang berakibat negatif adalah:
1. Timbul
fantasi yang jauh dan liar, terutama akibat fantasi tanpa pimpinan.
2. Karena
kita dikuasai oleh fantasi akan timbul rasa berdosa dan orang mudah berbohong
karena dikuasai fantasi tersebut.
3. Jika
fantasi itu berlebihan maka akan terjadi kepuasan dalam lamunan.
4. Berfantasi
secara berlebihan karena tidak tahan menghadapi kesulitan hidup bisa berakibat
putus asa da kecewa pada saat orang harus kembali ke dunianya yang sebenarnya.
Macam-macam tes fantasi
adalah sebagai berikut:[6]
1. Tes
Binet : melengkapi gambar
2. Tes
Masselon : tes tiga kata
3. Tes
Hindustri : yaitu tes yang digunakan dua bahasa yang sudah dan belum dikenal
oleh anak, dan artinya bisa dijodohkan dalam baris kanan dan kiri.
4. Tes
Obsurditi : tes kemustahilan, yaitu cerita disuruh mencari kemustahilan dalam
isi cerita itu
5. Tes
Rorchach : yaitu tes menelaah bentuk gambar
6. Tes
Decoupage : yaitu tes yang dilipat lalu digantung, kemudian gambar apa yang
terjadi dalam guntingan.
Untuk mengetahui
sejauhmana kemampuan seseorang berfantasi, maka sebaiknya dilakukan tes fantasi
sebagai berikut:[7]
1. Test
Tat, yaitu test yang berwujud gambar-gambar, dan peserta test diminta bercerita
tentang gambar tersebut.
2. Tes
kemustahilan, yaitu test yang berbentuk gambar-gambar atau cerita-cerita yang
ustahil terjadi, dan peserta test diminta mencari kemustahilannya dalam bentuk
gambar-gambar cerita-cerita yang sudah disampaikan.
3. Heilbronner
Wisma Test, yaitu test yang berwujud suatu seri gambar yang makin lama makin
sempurna, dan peserta test disuruh mendeskripsikan gambar-gambarn yang semula
kurang sempurna menjadi sempurna.
4. Test
Rorschach, yaitu test yang berujud gambar-gambar, dan peserta test disuruh menginterpretasikan
gambar tersebut.
D. Penutup
Fantasi adalah sebagai aktivitas imajiner untuk membentuk
tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang lama yang telah ada,
dan tanggapan yang baru itu tidaklah harus sama atau sesuai dengan benda-benda
yang ada. Dengan fantasi, seseorang bisa menciptakan karya yang besar, seperti
menciptakan roket, teori-teori baru dalam lapangan ilmu pengetahuan, seniman
menciptakan hal baru yang sebelumnya tidak ada.
Fantasi dapat terjadi secara sengaja atau disadari
dan tidak disengaja atau tidak disadari. Dari segi cara orang berfantasi, maka
fantasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu fantasi abstraksi, fantasi determinasi dan kombinasi. Aktifitas yang terjadi pada fantasi, fantasi menciptakan
dan fantasi dipimpin atau dituntun. Fantasi itu bisa berakibat positif dan bisa
berakibat negatif.
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin. 2007. Psikologi Pendidikan. Jogyakarta :
Ar-Ruzz Media
Hatta, Ahmad . 2009. Tafsir Qur’an Per
Kata. Jakarta: Maghfirah Pustaka
Mahmud,Dimyati. 1990. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan
Terapan.
Yogyakarta
: BPFE
Romlah. 2010. Psikologi Pendidikan. Malang : UMM Press
Soemanto, Wasty. 1990. Psikologi Pendidikan (landasan kerja
pemimpin
pendidikan).
Malang : Rineka Cipta
Supriyono, Widodo.
2004. Psikologi Belajar. Jakarta :
Rineka Cipta
Suryabrata. 1987. Psikologi
Pendidikan. Jakarta : Rajawali
Suyanto, Agus . 1993. Psikologi Umum. Jakarta:
Bumi Aksara
Walgito, Bimo. 1990. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar).
Yogyakarta: Yayasan
Penerbitan
Fakultas Psikologi UGM
[1]
Mahmud,Dimyati, (1990:5), Psikologi
Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan, BPFE, Yogyakarta
[2] Romlah,
(2010), Psikologi Pendidikan , UMM Press, Malang
[3]
Suryabrata, (1987), Psikologi Pendidikan,
Rajawali, Jakarta
[4] Romlah,
(2010), Psikologi Pendidikan , UMM Press, Malang
[5] Romlah,
(2010), Psikologi Pendidikan , UMM Press, Malang
[7] Romlah,
(2010), Psikologi Pendidikan , UMM Press, Malang
FANTASI SEBAGAI SUATU KEMAMPUAN
ILMU PENGETAHUAN
Paper Halaqoh
Disajikan pada tanggal 27 Desember 2012
Pengasuh:
Prof. Dr. KH. Ahmad Mudlor, S.H
Oleh:
Arsinta
Sulistyorini
Mahasiswa
semester III
Jurusan Biologi
Fakultas Sains
dan Teknologi
Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Halaqoh Ilmiah
LEMBAGA
TINGGI PESANTREN LUHUR MALANG
Desember 2012
A. Pendahuluan
B.
Alhamdulillah Puji syukur kehadirat Allah SWT atas
semua nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan paper halaqoh dengan judul Fantasi Sebagai Suatu Kemampuan Ilmu
Pengetahuan. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Manusia dalam hidup dan kehidupannya selalu
melaksanakan suatu aktivitas atau kegiatan. Dalam melaksanakan aktivitas
tersebut seperangkat alat-alat kejiwaan dalam diri manusia bekerja. Alat-alat
kejiwaan itu saling mengisi, kait-mengait antara satu dengan yang lainnya, baik
bersifat fisik maupun yang bersifat psikis.
Kedua jenis aktivitas tersebut hanya dapat
dibedakan, tapi tidak bisa dipisahkan, karena manusia itu merupakan satu
kesatuan yang mempunyai sifat fisiologis-psikologis.
Misalnya, seseorang yang sedang mengetik (aktivitas jasmaniah), harus sudah
menghafal kata-kata atau kalimat yang akan diketik sekaligus hafal di mana
letak huruf-hurufnya, angka-angka dan tanda-tanda lainnya (aktivitas ruhaniah).
Bagaimana kaitannya aktivitas manusia terhadap suatu
ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dapat dikatakan bermutu, jika prosesnya
berlangsung secara menarik dan menantang serta dengan fantasi yang sangat
menarik sehingga setiap individu belajar dan mengolah serta mengembangkan kreatifitasnya
sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan. Proses ilmu
pengetahuan yang bermutu akan membuahkan hasil yang bermutu dan relevan dengan
segala aspek dan kebutuhan.
Fantasi yang bagaimanakah yang dapat mengembangkan
daya fikir dan kreatifitas sehingga dapat menciptakan teori-teori baru atau
pengembangan teori-teori yang sudah ada serta mengoptimalkan kualitas ilmu
pengetahuan dan pada akhirnya dicapai keunggulan sumber daya manusia yang dapat
menguasai pengetahuan, keterampilan dan keahlian sesuai dengan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang terus berkembang.
C. Pembahasan
Menurut bahasa sehari-hari fantasi adalah khayalan,
lamunan, hiasan dan lain-lain. Sedangkan menurut bahasa psikologis, adalah
kemampuan jiwa untuk membayangkan sesuatu berdasarkan tanggapan yang telah ada.[1] Soemanto,
1990 berpendapat bahwa fantasi adalah sebagai aktivitas imajiner untuk membentuk
tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang lama yang telah ada,
dan tanggapan yang baru itu tidaklah harus sama atau sesuai dengan benda-benda
yang ada.
Fantasi tidak harus didahului oleh suatu perangsang
sehingga merupakan suatu bentuk kegiatan yang sangat ringan, murah, gratis, dan
dapat dilakukan oleh siapa saja. Di dalam dunia fantasi seseorang dapat
berimajinasi sesuka hatinya dengan bebas tanpa disertai pertanggung jawaban. Dengan
berfantasi seseorang bisa membentuk sesuatu yang sebelumnya tidak ada menjadi ada
dan kadang-kadang hanya menjadi khayalan belaka. Fantasi juga dapat membawa
manusia melewati dunia riil dan terbawa ke alam imajinasinya.
Ilmu jiwa modern memberi batasan bahwa fantasi ialah
suatu daya jiwa untuk untuk menciptakan sesuatu yang baru. Tergambar dalam
firman Allah:
اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ
عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ
وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى يُدَبِّرُ الْأَمْرَ يُفَصِّلُ
الْآَيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ
Artinya : “Allah-lah Yang
meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia
bersemayam di atas ‘Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing
beredar menurut waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya),
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu)
dengan Tuhanmu.” (QS. Ar-Ra’d: 2)
Ayat tersebut telah menggambarkan tentang Isyarat adanya Gravitasi Bumi dengan
berfantasi dari tanda-tanda yang telah ditampakkan dan dijelaskan oleh Allah
SWT dalam Al-Qur’an.
Bertolak dari
berbagai pengertian di atas, maka fantasi merupakan kemampuan jiwa seseorang
yang dapat terjadi secara[2]:
1. Sengaja
atau disadari. Maksudnya, seseorang betul-betul menyadari akan fantasinya. Misalnya
seorang pelukis yang sedang menciptakan lukisan dengan kemampuan fantasinya
atau seorang pemahat yang sedang memahat arca atas dasar daya fantasinya.
Fantasi
yang disadari dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu secara aktif dan yanng
secara pasif. Fantasi secara aktif itu dikendalikan oleh fikiran dan kemauan
sedangkan fantasi secara pasif itu tidak dikendalikan jadi seolah-olah orangnya
hanya pasif saja sebagai wadah tempat bermainnya tanggapan-tanggapan.
Selanjutnya
kedua macam fantasi itu, baik yang aktif atau yang pasif, dapat bersifat mengabstraksikan,
atau mendeterminasikan, ataupun mengombinasikan.[3]
2. Tidak
disengaja atau tidak disadari. Hal ini terjadi apabila seseorang tidak secara
sadar telah dituntun oleh fantasinya. Keadaan seperti ini sering dijumpai pada anak-anak,
dimana anak sering mengemukakan sesuatu hal yang bersifat fantasi sekalipun
tidak ada niatan untuk berdusta. Seperti anak memberikan berita yang tidak
sesuai dengan kenyataan yang ada, sekalipun dia tidak bermaksud untuk berbohong
(dalam hal ini anak tidak menyadari telah dituntun oleh fantasinya).
Apabila
dilihat dari segi cara orang berfantasi, maka fantasi dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu fantasi abstraksi,
fantasi determinasi dan kombinasi (Bimo
Walgito, 1983: 100):
1. Fantasi
abstraksi, yaitu fantasi yang beberapa keadaan atau sifat yang dikhayalkan
menghilang. Misalnya anak yang belum pernah melihat gurun pasir, maka pakailah
alun-alun sebagai bahan apersepsinya. Tetapi dalam menjelaskannya tanpa
pohon-pohon dan rerumputan, sebab padang pasir itu seluruh tanahnya adalah
terdiri dari pasir.
2. Fantasi
determinasi, yaitu menentukan bangun atau bentuk suatu obyek yang dikhayalkan
dengan cara memperbesar atau memperkecil ciri-cirinya. Misalnya, gambaran kolam
renang, lalu diperluas menjadi lautan. Anak yang belum pernah melihat harimau,
maka kucing dipergunakan sebagai bahan apersepsi untuk memberikan pengertian
tentang harimau.
3. Fantasi
kombinasi, yaitu menghubungkan tanggapan yang satu dengan yang lainnya sehingga
terwujud fantasi yang berbentuk baru. Misalnya, kita berfantasi tentang ikan duyung, maka kepalanya seperti kepala
wanita cantik tapi berbadan ikan. Jadi, terdapat kombinasi antara kepala
manusia dengan badan ikan.
Fantasi
berbeda dengan berpikir, fantasi proses kerjanya yaitu lepas dari realitas
sedangkan berpikir berusaha untuk menemukan sesuatu yang baru dan berpikir itu
terikat oleh realitas.
Film
Flash Gordon yang pernah kita lihat
mula-mula dikenal dengan film fantasi yang kemudian menjadi kenyataan, yaitu
penerbangan ke luar angkasa. Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
pada abad modern ini seperti pencipta roket, Apollo, pencipta teori-teori baru
dalam lapangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah sesuatu yang tidak mungkin
terwujud bilaman tanpa fantasi yang ada pada dirinya.
Aktifitas
yang terjadi pada fantasi dapat dikelompokkan sebagai berikut:[4]
1. Fantasi
menciptakan, merupakan bentuk atau jenis fantasi yang menciptakan (menghasilkan
ciptaan) sesuatu. Misalnya seorang ahli
mode pakaian telah mendesain atau menciptakan model pakaian atas dasar daya
fantasinya, sesuai dengan tren-tren masanya, atau seorang pelukis yang
menciptakan sesuatu lukisan atas dasar fantasinya.
2. Fantasi
dipimpin atau dituntun, merupakan bentuk atau jenis fantasi yang dituntun oleh
pihak lain. Misalnya seorang yang sedang menonton di TV, maka orang tersebut
dapat mengikuti apa yang dilihatnya dan dapat berfantasi tentang keadaan atau
tempat-tempat lain melalui TV. Begitu juga kalau seseorang berfantasi karena
mendengarkan suatu berita atau membaca suatu cerita, maka secara tidak langsung
orang tersebut akan mengikuti apa yang didengar atau dibaca.
Fantasi
bila dibandingkan dengan kemampuan-kemampuan jiwa yang lain ternyata fantasi
itu bisa berakibat positif dan bisa berakibat negatif. Adapun fantasi yang
positif, misalnya:[5]
1.
Dengan fantasi, seseorang bisa
menciptakan karya yang besar, seperti menciptakan roket, teori-teori baru dalam
lapangan ilmu pengetahuan, seniman menciptakan hal baru yang sebelumnya tidak
ada.
2.
Dengan fantasi seseorang bisa mengambil
intisari dan mengikuti perjalanan sejarah sekaligus bisa membentuk watak
seseorang.
3.
Dengan fantasi seseorang bisa
melaksanakan dan merintis kehidupan yang lebih baik dan memilih bekal untuk
menempuh kehidupan yang lebih indah dan bahagia.
4.
Fantasi memungkinkan orang untuk melepaskan diri dari ruang dan waktu, dengan
demikian maka dia dapat:
a.
Memahami apa yang terjadi di tempat lain, hal inilah antara lain yang memungkinkan
orang belajar geografi.
b.
Memahami apa yang terjadi waktu yang lain , hal inilah antara lain yang
memungkinkan orang belajar sejarah.
5. Dengan alat-alat
pelajaran/pengajaran untuk dapat mengembangkan fantasi anak didik secara luas
dan leluasa.
6. Fantasi memungkinkan
manusia untuk menciptakan sesuatu yang dikejar, membentuk masa depan yang ideal
dan berusaha merealisasikannya.
7. Fantasi memungkinkan
orang untuk menyelesaikan konflik riil secara imajiner, sehingga dapat
mengurangi tegangan psikis, dan menjaga keseimbangan batin.
Sedang
fantasi yang berakibat negatif adalah:
1. Timbul
fantasi yang jauh dan liar, terutama akibat fantasi tanpa pimpinan.
2. Karena
kita dikuasai oleh fantasi akan timbul rasa berdosa dan orang mudah berbohong
karena dikuasai fantasi tersebut.
3. Jika
fantasi itu berlebihan maka akan terjadi kepuasan dalam lamunan.
4. Berfantasi
secara berlebihan karena tidak tahan menghadapi kesulitan hidup bisa berakibat
putus asa da kecewa pada saat orang harus kembali ke dunianya yang sebenarnya.
Macam-macam tes fantasi
adalah sebagai berikut:[6]
1. Tes
Binet : melengkapi gambar
2. Tes
Masselon : tes tiga kata
3. Tes
Hindustri : yaitu tes yang digunakan dua bahasa yang sudah dan belum dikenal
oleh anak, dan artinya bisa dijodohkan dalam baris kanan dan kiri.
4. Tes
Obsurditi : tes kemustahilan, yaitu cerita disuruh mencari kemustahilan dalam
isi cerita itu
5. Tes
Rorchach : yaitu tes menelaah bentuk gambar
6. Tes
Decoupage : yaitu tes yang dilipat lalu digantung, kemudian gambar apa yang
terjadi dalam guntingan.
Untuk mengetahui
sejauhmana kemampuan seseorang berfantasi, maka sebaiknya dilakukan tes fantasi
sebagai berikut:[7]
1. Test
Tat, yaitu test yang berwujud gambar-gambar, dan peserta test diminta bercerita
tentang gambar tersebut.
2. Tes
kemustahilan, yaitu test yang berbentuk gambar-gambar atau cerita-cerita yang
ustahil terjadi, dan peserta test diminta mencari kemustahilannya dalam bentuk
gambar-gambar cerita-cerita yang sudah disampaikan.
3. Heilbronner
Wisma Test, yaitu test yang berwujud suatu seri gambar yang makin lama makin
sempurna, dan peserta test disuruh mendeskripsikan gambar-gambarn yang semula
kurang sempurna menjadi sempurna.
4. Test
Rorschach, yaitu test yang berujud gambar-gambar, dan peserta test disuruh menginterpretasikan
gambar tersebut.
D. Penutup
Fantasi adalah sebagai aktivitas imajiner untuk membentuk
tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang lama yang telah ada,
dan tanggapan yang baru itu tidaklah harus sama atau sesuai dengan benda-benda
yang ada. Dengan fantasi, seseorang bisa menciptakan karya yang besar, seperti
menciptakan roket, teori-teori baru dalam lapangan ilmu pengetahuan, seniman
menciptakan hal baru yang sebelumnya tidak ada.
Fantasi dapat terjadi secara sengaja atau disadari
dan tidak disengaja atau tidak disadari. Dari segi cara orang berfantasi, maka
fantasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu fantasi abstraksi, fantasi determinasi dan kombinasi. Aktifitas yang terjadi pada fantasi, fantasi menciptakan
dan fantasi dipimpin atau dituntun. Fantasi itu bisa berakibat positif dan bisa
berakibat negatif.
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin. 2007. Psikologi Pendidikan. Jogyakarta :
Ar-Ruzz Media
Hatta, Ahmad . 2009. Tafsir Qur’an Per
Kata. Jakarta: Maghfirah Pustaka
Mahmud,Dimyati. 1990. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan
Terapan.
Yogyakarta
: BPFE
Romlah. 2010. Psikologi Pendidikan. Malang : UMM Press
Soemanto, Wasty. 1990. Psikologi Pendidikan (landasan kerja
pemimpin
pendidikan).
Malang : Rineka Cipta
Supriyono, Widodo.
2004. Psikologi Belajar. Jakarta :
Rineka Cipta
Suryabrata. 1987. Psikologi
Pendidikan. Jakarta : Rajawali
Suyanto, Agus . 1993. Psikologi Umum. Jakarta:
Bumi Aksara
Walgito, Bimo. 1990. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar).
Yogyakarta: Yayasan
Penerbitan
Fakultas Psikologi UGM
[1]
Mahmud,Dimyati, (1990:5), Psikologi
Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan, BPFE, Yogyakarta
[2] Romlah,
(2010), Psikologi Pendidikan , UMM Press, Malang
[3]
Suryabrata, (1987), Psikologi Pendidikan,
Rajawali, Jakarta
[4] Romlah,
(2010), Psikologi Pendidikan , UMM Press, Malang
[5] Romlah,
(2010), Psikologi Pendidikan , UMM Press, Malang
[7] Romlah,
(2010), Psikologi Pendidikan , UMM Press, Malang
FANTASI SEBAGAI SUATU KEMAMPUAN
ILMU PENGETAHUAN
Paper Halaqoh
Disajikan pada tanggal 27 Desember 2012
Pengasuh:
Prof. Dr. KH. Ahmad Mudlor, S.H
Oleh:
Arsinta
Sulistyorini
Mahasiswa
semester III
Jurusan Biologi
Fakultas Sains
dan Teknologi
Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Halaqoh Ilmiah
LEMBAGA
TINGGI PESANTREN LUHUR MALANG
Desember 2012
A. Pendahuluan
B.
Alhamdulillah Puji syukur kehadirat Allah SWT atas
semua nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan paper halaqoh dengan judul Fantasi Sebagai Suatu Kemampuan Ilmu
Pengetahuan. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Manusia dalam hidup dan kehidupannya selalu
melaksanakan suatu aktivitas atau kegiatan. Dalam melaksanakan aktivitas
tersebut seperangkat alat-alat kejiwaan dalam diri manusia bekerja. Alat-alat
kejiwaan itu saling mengisi, kait-mengait antara satu dengan yang lainnya, baik
bersifat fisik maupun yang bersifat psikis.
Kedua jenis aktivitas tersebut hanya dapat
dibedakan, tapi tidak bisa dipisahkan, karena manusia itu merupakan satu
kesatuan yang mempunyai sifat fisiologis-psikologis.
Misalnya, seseorang yang sedang mengetik (aktivitas jasmaniah), harus sudah
menghafal kata-kata atau kalimat yang akan diketik sekaligus hafal di mana
letak huruf-hurufnya, angka-angka dan tanda-tanda lainnya (aktivitas ruhaniah).
Bagaimana kaitannya aktivitas manusia terhadap suatu
ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dapat dikatakan bermutu, jika prosesnya
berlangsung secara menarik dan menantang serta dengan fantasi yang sangat
menarik sehingga setiap individu belajar dan mengolah serta mengembangkan kreatifitasnya
sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan. Proses ilmu
pengetahuan yang bermutu akan membuahkan hasil yang bermutu dan relevan dengan
segala aspek dan kebutuhan.
Fantasi yang bagaimanakah yang dapat mengembangkan
daya fikir dan kreatifitas sehingga dapat menciptakan teori-teori baru atau
pengembangan teori-teori yang sudah ada serta mengoptimalkan kualitas ilmu
pengetahuan dan pada akhirnya dicapai keunggulan sumber daya manusia yang dapat
menguasai pengetahuan, keterampilan dan keahlian sesuai dengan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang terus berkembang.
C. Pembahasan
Menurut bahasa sehari-hari fantasi adalah khayalan,
lamunan, hiasan dan lain-lain. Sedangkan menurut bahasa psikologis, adalah
kemampuan jiwa untuk membayangkan sesuatu berdasarkan tanggapan yang telah ada.[1] Soemanto,
1990 berpendapat bahwa fantasi adalah sebagai aktivitas imajiner untuk membentuk
tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang lama yang telah ada,
dan tanggapan yang baru itu tidaklah harus sama atau sesuai dengan benda-benda
yang ada.
Fantasi tidak harus didahului oleh suatu perangsang
sehingga merupakan suatu bentuk kegiatan yang sangat ringan, murah, gratis, dan
dapat dilakukan oleh siapa saja. Di dalam dunia fantasi seseorang dapat
berimajinasi sesuka hatinya dengan bebas tanpa disertai pertanggung jawaban. Dengan
berfantasi seseorang bisa membentuk sesuatu yang sebelumnya tidak ada menjadi ada
dan kadang-kadang hanya menjadi khayalan belaka. Fantasi juga dapat membawa
manusia melewati dunia riil dan terbawa ke alam imajinasinya.
Ilmu jiwa modern memberi batasan bahwa fantasi ialah
suatu daya jiwa untuk untuk menciptakan sesuatu yang baru. Tergambar dalam
firman Allah:
اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ
عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ
وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى يُدَبِّرُ الْأَمْرَ يُفَصِّلُ
الْآَيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ
Artinya : “Allah-lah Yang
meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia
bersemayam di atas ‘Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing
beredar menurut waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya),
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu)
dengan Tuhanmu.” (QS. Ar-Ra’d: 2)
Ayat tersebut telah menggambarkan tentang Isyarat adanya Gravitasi Bumi dengan
berfantasi dari tanda-tanda yang telah ditampakkan dan dijelaskan oleh Allah
SWT dalam Al-Qur’an.
Bertolak dari
berbagai pengertian di atas, maka fantasi merupakan kemampuan jiwa seseorang
yang dapat terjadi secara[2]:
1. Sengaja
atau disadari. Maksudnya, seseorang betul-betul menyadari akan fantasinya. Misalnya
seorang pelukis yang sedang menciptakan lukisan dengan kemampuan fantasinya
atau seorang pemahat yang sedang memahat arca atas dasar daya fantasinya.
Fantasi
yang disadari dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu secara aktif dan yanng
secara pasif. Fantasi secara aktif itu dikendalikan oleh fikiran dan kemauan
sedangkan fantasi secara pasif itu tidak dikendalikan jadi seolah-olah orangnya
hanya pasif saja sebagai wadah tempat bermainnya tanggapan-tanggapan.
Selanjutnya
kedua macam fantasi itu, baik yang aktif atau yang pasif, dapat bersifat mengabstraksikan,
atau mendeterminasikan, ataupun mengombinasikan.[3]
2. Tidak
disengaja atau tidak disadari. Hal ini terjadi apabila seseorang tidak secara
sadar telah dituntun oleh fantasinya. Keadaan seperti ini sering dijumpai pada anak-anak,
dimana anak sering mengemukakan sesuatu hal yang bersifat fantasi sekalipun
tidak ada niatan untuk berdusta. Seperti anak memberikan berita yang tidak
sesuai dengan kenyataan yang ada, sekalipun dia tidak bermaksud untuk berbohong
(dalam hal ini anak tidak menyadari telah dituntun oleh fantasinya).
Apabila
dilihat dari segi cara orang berfantasi, maka fantasi dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu fantasi abstraksi,
fantasi determinasi dan kombinasi (Bimo
Walgito, 1983: 100):
1. Fantasi
abstraksi, yaitu fantasi yang beberapa keadaan atau sifat yang dikhayalkan
menghilang. Misalnya anak yang belum pernah melihat gurun pasir, maka pakailah
alun-alun sebagai bahan apersepsinya. Tetapi dalam menjelaskannya tanpa
pohon-pohon dan rerumputan, sebab padang pasir itu seluruh tanahnya adalah
terdiri dari pasir.
2. Fantasi
determinasi, yaitu menentukan bangun atau bentuk suatu obyek yang dikhayalkan
dengan cara memperbesar atau memperkecil ciri-cirinya. Misalnya, gambaran kolam
renang, lalu diperluas menjadi lautan. Anak yang belum pernah melihat harimau,
maka kucing dipergunakan sebagai bahan apersepsi untuk memberikan pengertian
tentang harimau.
3. Fantasi
kombinasi, yaitu menghubungkan tanggapan yang satu dengan yang lainnya sehingga
terwujud fantasi yang berbentuk baru. Misalnya, kita berfantasi tentang ikan duyung, maka kepalanya seperti kepala
wanita cantik tapi berbadan ikan. Jadi, terdapat kombinasi antara kepala
manusia dengan badan ikan.
Fantasi
berbeda dengan berpikir, fantasi proses kerjanya yaitu lepas dari realitas
sedangkan berpikir berusaha untuk menemukan sesuatu yang baru dan berpikir itu
terikat oleh realitas.
Film
Flash Gordon yang pernah kita lihat
mula-mula dikenal dengan film fantasi yang kemudian menjadi kenyataan, yaitu
penerbangan ke luar angkasa. Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
pada abad modern ini seperti pencipta roket, Apollo, pencipta teori-teori baru
dalam lapangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah sesuatu yang tidak mungkin
terwujud bilaman tanpa fantasi yang ada pada dirinya.
Aktifitas
yang terjadi pada fantasi dapat dikelompokkan sebagai berikut:[4]
1. Fantasi
menciptakan, merupakan bentuk atau jenis fantasi yang menciptakan (menghasilkan
ciptaan) sesuatu. Misalnya seorang ahli
mode pakaian telah mendesain atau menciptakan model pakaian atas dasar daya
fantasinya, sesuai dengan tren-tren masanya, atau seorang pelukis yang
menciptakan sesuatu lukisan atas dasar fantasinya.
2. Fantasi
dipimpin atau dituntun, merupakan bentuk atau jenis fantasi yang dituntun oleh
pihak lain. Misalnya seorang yang sedang menonton di TV, maka orang tersebut
dapat mengikuti apa yang dilihatnya dan dapat berfantasi tentang keadaan atau
tempat-tempat lain melalui TV. Begitu juga kalau seseorang berfantasi karena
mendengarkan suatu berita atau membaca suatu cerita, maka secara tidak langsung
orang tersebut akan mengikuti apa yang didengar atau dibaca.
Fantasi
bila dibandingkan dengan kemampuan-kemampuan jiwa yang lain ternyata fantasi
itu bisa berakibat positif dan bisa berakibat negatif. Adapun fantasi yang
positif, misalnya:[5]
1.
Dengan fantasi, seseorang bisa
menciptakan karya yang besar, seperti menciptakan roket, teori-teori baru dalam
lapangan ilmu pengetahuan, seniman menciptakan hal baru yang sebelumnya tidak
ada.
2.
Dengan fantasi seseorang bisa mengambil
intisari dan mengikuti perjalanan sejarah sekaligus bisa membentuk watak
seseorang.
3.
Dengan fantasi seseorang bisa
melaksanakan dan merintis kehidupan yang lebih baik dan memilih bekal untuk
menempuh kehidupan yang lebih indah dan bahagia.
4.
Fantasi memungkinkan orang untuk melepaskan diri dari ruang dan waktu, dengan
demikian maka dia dapat:
a.
Memahami apa yang terjadi di tempat lain, hal inilah antara lain yang memungkinkan
orang belajar geografi.
b.
Memahami apa yang terjadi waktu yang lain , hal inilah antara lain yang
memungkinkan orang belajar sejarah.
5. Dengan alat-alat
pelajaran/pengajaran untuk dapat mengembangkan fantasi anak didik secara luas
dan leluasa.
6. Fantasi memungkinkan
manusia untuk menciptakan sesuatu yang dikejar, membentuk masa depan yang ideal
dan berusaha merealisasikannya.
7. Fantasi memungkinkan
orang untuk menyelesaikan konflik riil secara imajiner, sehingga dapat
mengurangi tegangan psikis, dan menjaga keseimbangan batin.
Sedang
fantasi yang berakibat negatif adalah:
1. Timbul
fantasi yang jauh dan liar, terutama akibat fantasi tanpa pimpinan.
2. Karena
kita dikuasai oleh fantasi akan timbul rasa berdosa dan orang mudah berbohong
karena dikuasai fantasi tersebut.
3. Jika
fantasi itu berlebihan maka akan terjadi kepuasan dalam lamunan.
4. Berfantasi
secara berlebihan karena tidak tahan menghadapi kesulitan hidup bisa berakibat
putus asa da kecewa pada saat orang harus kembali ke dunianya yang sebenarnya.
Macam-macam tes fantasi
adalah sebagai berikut:[6]
1. Tes
Binet : melengkapi gambar
2. Tes
Masselon : tes tiga kata
3. Tes
Hindustri : yaitu tes yang digunakan dua bahasa yang sudah dan belum dikenal
oleh anak, dan artinya bisa dijodohkan dalam baris kanan dan kiri.
4. Tes
Obsurditi : tes kemustahilan, yaitu cerita disuruh mencari kemustahilan dalam
isi cerita itu
5. Tes
Rorchach : yaitu tes menelaah bentuk gambar
6. Tes
Decoupage : yaitu tes yang dilipat lalu digantung, kemudian gambar apa yang
terjadi dalam guntingan.
Untuk mengetahui
sejauhmana kemampuan seseorang berfantasi, maka sebaiknya dilakukan tes fantasi
sebagai berikut:[7]
1. Test
Tat, yaitu test yang berwujud gambar-gambar, dan peserta test diminta bercerita
tentang gambar tersebut.
2. Tes
kemustahilan, yaitu test yang berbentuk gambar-gambar atau cerita-cerita yang
ustahil terjadi, dan peserta test diminta mencari kemustahilannya dalam bentuk
gambar-gambar cerita-cerita yang sudah disampaikan.
3. Heilbronner
Wisma Test, yaitu test yang berwujud suatu seri gambar yang makin lama makin
sempurna, dan peserta test disuruh mendeskripsikan gambar-gambarn yang semula
kurang sempurna menjadi sempurna.
4. Test
Rorschach, yaitu test yang berujud gambar-gambar, dan peserta test disuruh menginterpretasikan
gambar tersebut.
D. Penutup
Fantasi adalah sebagai aktivitas imajiner untuk membentuk
tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang lama yang telah ada,
dan tanggapan yang baru itu tidaklah harus sama atau sesuai dengan benda-benda
yang ada. Dengan fantasi, seseorang bisa menciptakan karya yang besar, seperti
menciptakan roket, teori-teori baru dalam lapangan ilmu pengetahuan, seniman
menciptakan hal baru yang sebelumnya tidak ada.
Fantasi dapat terjadi secara sengaja atau disadari
dan tidak disengaja atau tidak disadari. Dari segi cara orang berfantasi, maka
fantasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu fantasi abstraksi, fantasi determinasi dan kombinasi. Aktifitas yang terjadi pada fantasi, fantasi menciptakan
dan fantasi dipimpin atau dituntun. Fantasi itu bisa berakibat positif dan bisa
berakibat negatif.
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin. 2007. Psikologi Pendidikan. Jogyakarta :
Ar-Ruzz Media
Hatta, Ahmad . 2009. Tafsir Qur’an Per
Kata. Jakarta: Maghfirah Pustaka
Mahmud,Dimyati. 1990. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan
Terapan.
Yogyakarta
: BPFE
Romlah. 2010. Psikologi Pendidikan. Malang : UMM Press
Soemanto, Wasty. 1990. Psikologi Pendidikan (landasan kerja
pemimpin
pendidikan).
Malang : Rineka Cipta
Supriyono, Widodo.
2004. Psikologi Belajar. Jakarta :
Rineka Cipta
Suryabrata. 1987. Psikologi
Pendidikan. Jakarta : Rajawali
Suyanto, Agus . 1993. Psikologi Umum. Jakarta:
Bumi Aksara
Walgito, Bimo. 1990. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar).
Yogyakarta: Yayasan
Penerbitan
Fakultas Psikologi UGM
[1]
Mahmud,Dimyati, (1990:5), Psikologi
Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan, BPFE, Yogyakarta
[2] Romlah,
(2010), Psikologi Pendidikan , UMM Press, Malang
[3]
Suryabrata, (1987), Psikologi Pendidikan,
Rajawali, Jakarta
[4] Romlah,
(2010), Psikologi Pendidikan , UMM Press, Malang
[5] Romlah,
(2010), Psikologi Pendidikan , UMM Press, Malang
[7] Romlah,
(2010), Psikologi Pendidikan , UMM Press, Malang