Jumat, 28 Desember 2012

halaqah perdana



FANTASI SEBAGAI SUATU KEMAMPUAN ILMU PENGETAHUAN
Paper Halaqoh
Disajikan pada tanggal 27 Desember 2012

Pengasuh:
Prof. Dr. KH. Ahmad Mudlor, S.H
Oleh:
Arsinta Sulistyorini
Mahasiswa semester III
Jurusan Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang


Halaqoh Ilmiah
LEMBAGA TINGGI PESANTREN LUHUR MALANG
Desember 2012

A.    Pendahuluan
B.      
Alhamdulillah Puji syukur kehadirat Allah SWT atas semua nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga  penulis dapat menyelesaikan paper halaqoh dengan judul Fantasi Sebagai Suatu Kemampuan Ilmu Pengetahuan. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Manusia dalam hidup dan kehidupannya selalu melaksanakan suatu aktivitas atau kegiatan. Dalam melaksanakan aktivitas tersebut seperangkat alat-alat kejiwaan dalam diri manusia bekerja. Alat-alat kejiwaan itu saling mengisi, kait-mengait antara satu dengan yang lainnya, baik bersifat fisik maupun yang bersifat psikis.
Kedua jenis aktivitas tersebut hanya dapat dibedakan, tapi tidak bisa dipisahkan, karena manusia itu merupakan satu kesatuan yang mempunyai sifat fisiologis-psikologis. Misalnya, seseorang yang sedang mengetik (aktivitas jasmaniah), harus sudah menghafal kata-kata atau kalimat yang akan diketik sekaligus hafal di mana letak huruf-hurufnya, angka-angka dan tanda-tanda lainnya (aktivitas ruhaniah).
Bagaimana kaitannya aktivitas manusia terhadap suatu ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dapat dikatakan bermutu, jika prosesnya berlangsung secara menarik dan menantang serta dengan fantasi yang sangat menarik sehingga setiap individu belajar dan mengolah serta mengembangkan kreatifitasnya sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan. Proses ilmu pengetahuan yang bermutu akan membuahkan hasil yang bermutu dan relevan dengan segala aspek dan kebutuhan.
Fantasi yang bagaimanakah yang dapat mengembangkan daya fikir dan kreatifitas sehingga dapat menciptakan teori-teori baru atau pengembangan teori-teori yang sudah ada serta mengoptimalkan kualitas ilmu pengetahuan dan pada akhirnya dicapai keunggulan sumber daya manusia yang dapat menguasai pengetahuan, keterampilan dan keahlian sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang.
C.     Pembahasan
Menurut bahasa sehari-hari fantasi adalah khayalan, lamunan, hiasan dan lain-lain. Sedangkan menurut bahasa psikologis, adalah kemampuan jiwa untuk membayangkan sesuatu berdasarkan tanggapan yang telah ada.[1] Soemanto, 1990 berpendapat bahwa fantasi adalah sebagai aktivitas imajiner untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang lama yang telah ada, dan tanggapan yang baru itu tidaklah harus sama atau sesuai dengan benda-benda yang ada.
Fantasi tidak harus didahului oleh suatu perangsang sehingga merupakan suatu bentuk kegiatan yang sangat ringan, murah, gratis, dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Di dalam dunia fantasi seseorang dapat berimajinasi sesuka hatinya dengan bebas tanpa disertai pertanggung jawaban. Dengan berfantasi seseorang bisa membentuk sesuatu yang sebelumnya tidak ada menjadi ada dan kadang-kadang hanya menjadi khayalan belaka. Fantasi juga dapat membawa manusia melewati dunia riil dan terbawa ke alam imajinasinya.
Ilmu jiwa modern memberi batasan bahwa fantasi ialah suatu daya jiwa untuk untuk menciptakan sesuatu yang baru. Tergambar dalam firman Allah:
اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى يُدَبِّرُ الْأَمْرَ يُفَصِّلُ الْآَيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ
Artinya : “Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar menurut waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.” (QS. Ar-Ra’d: 2)
               Ayat tersebut telah menggambarkan tentang Isyarat adanya Gravitasi Bumi dengan berfantasi dari tanda-tanda yang telah ditampakkan dan dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an.
Bertolak dari berbagai pengertian di atas, maka fantasi merupakan kemampuan jiwa seseorang yang dapat terjadi secara[2]:
1.      Sengaja atau disadari. Maksudnya, seseorang betul-betul menyadari akan fantasinya. Misalnya seorang pelukis yang sedang menciptakan lukisan dengan kemampuan fantasinya atau seorang pemahat yang sedang memahat arca atas dasar daya fantasinya.
Fantasi yang disadari dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu secara aktif dan yanng secara pasif. Fantasi secara aktif itu dikendalikan oleh fikiran dan kemauan sedangkan fantasi secara pasif itu tidak dikendalikan jadi seolah-olah orangnya hanya pasif saja sebagai wadah tempat bermainnya tanggapan-tanggapan.
Selanjutnya kedua macam fantasi itu, baik yang aktif atau yang pasif, dapat bersifat mengabstraksikan, atau mendeterminasikan, ataupun mengombinasikan.[3]
2.      Tidak disengaja atau tidak disadari. Hal ini terjadi apabila seseorang tidak secara sadar telah dituntun oleh fantasinya. Keadaan seperti ini sering dijumpai pada anak-anak, dimana anak sering mengemukakan sesuatu hal yang bersifat fantasi sekalipun tidak ada niatan untuk berdusta. Seperti anak memberikan berita yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, sekalipun dia tidak bermaksud untuk berbohong (dalam hal ini anak tidak menyadari telah dituntun oleh fantasinya).
Apabila dilihat dari segi cara orang berfantasi, maka fantasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu fantasi abstraksi, fantasi determinasi dan kombinasi (Bimo Walgito, 1983: 100):
1.      Fantasi abstraksi, yaitu fantasi yang beberapa keadaan atau sifat yang dikhayalkan menghilang. Misalnya anak yang belum pernah melihat gurun pasir, maka pakailah alun-alun sebagai bahan apersepsinya. Tetapi dalam menjelaskannya tanpa pohon-pohon dan rerumputan, sebab padang pasir itu seluruh tanahnya adalah terdiri dari pasir.
2.      Fantasi determinasi, yaitu menentukan bangun atau bentuk suatu obyek yang dikhayalkan dengan cara memperbesar atau memperkecil ciri-cirinya. Misalnya, gambaran kolam renang, lalu diperluas menjadi lautan. Anak yang belum pernah melihat harimau, maka kucing dipergunakan sebagai bahan apersepsi untuk memberikan pengertian tentang harimau.
3.      Fantasi kombinasi, yaitu menghubungkan tanggapan yang satu dengan yang lainnya sehingga terwujud fantasi yang berbentuk baru. Misalnya, kita berfantasi tentang  ikan duyung, maka kepalanya seperti kepala wanita cantik tapi berbadan ikan. Jadi, terdapat kombinasi antara kepala manusia dengan badan ikan.
Fantasi berbeda dengan berpikir, fantasi proses kerjanya yaitu lepas dari realitas sedangkan berpikir berusaha untuk menemukan sesuatu yang baru dan berpikir itu terikat oleh realitas.
Film Flash Gordon yang pernah kita lihat mula-mula dikenal dengan film fantasi yang kemudian menjadi kenyataan, yaitu penerbangan ke luar angkasa. Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad modern ini seperti pencipta roket, Apollo, pencipta teori-teori baru dalam lapangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah sesuatu yang tidak mungkin terwujud bilaman tanpa fantasi yang ada pada dirinya.
Aktifitas yang terjadi pada fantasi dapat dikelompokkan sebagai berikut:[4]
1.      Fantasi menciptakan, merupakan bentuk atau jenis fantasi yang menciptakan (menghasilkan ciptaan) sesuatu. Misalnya seorang  ahli mode pakaian telah mendesain atau menciptakan model pakaian atas dasar daya fantasinya, sesuai dengan tren-tren masanya, atau seorang pelukis yang menciptakan sesuatu lukisan atas dasar fantasinya.
2.      Fantasi dipimpin atau dituntun, merupakan bentuk atau jenis fantasi yang dituntun oleh pihak lain. Misalnya seorang yang sedang menonton di TV, maka orang tersebut dapat mengikuti apa yang dilihatnya dan dapat berfantasi tentang keadaan atau tempat-tempat lain melalui TV. Begitu juga kalau seseorang berfantasi karena mendengarkan suatu berita atau membaca suatu cerita, maka secara tidak langsung orang tersebut akan mengikuti apa yang didengar atau dibaca.
Fantasi bila dibandingkan dengan kemampuan-kemampuan jiwa yang lain ternyata fantasi itu bisa berakibat positif dan bisa berakibat negatif. Adapun fantasi yang positif, misalnya:[5]
1.              Dengan fantasi, seseorang bisa menciptakan karya yang besar, seperti menciptakan roket, teori-teori baru dalam lapangan ilmu pengetahuan, seniman menciptakan hal baru yang sebelumnya tidak ada.
2.              Dengan fantasi seseorang bisa mengambil intisari dan mengikuti perjalanan sejarah sekaligus bisa membentuk watak seseorang.
3.              Dengan fantasi seseorang bisa melaksanakan dan merintis kehidupan yang lebih baik dan memilih bekal untuk menempuh kehidupan yang lebih indah dan bahagia.
4.              Fantasi memungkinkan orang untuk  melepaskan diri dari ruang dan waktu, dengan demikian maka dia dapat:
a. Memahami apa yang terjadi di tempat lain, hal inilah antara lain yang memungkinkan orang belajar geografi.
b. Memahami apa yang terjadi waktu yang lain , hal inilah antara lain yang memungkinkan orang belajar sejarah.
5. Dengan alat-alat pelajaran/pengajaran untuk dapat mengembangkan fantasi anak didik secara luas dan leluasa.
6. Fantasi memungkinkan manusia untuk menciptakan sesuatu yang dikejar, membentuk masa depan yang ideal dan berusaha merealisasikannya.
7. Fantasi memungkinkan orang untuk menyelesaikan konflik riil secara imajiner, sehingga dapat mengurangi tegangan psikis, dan menjaga keseimbangan batin.

Sedang fantasi yang berakibat negatif adalah:
1.      Timbul fantasi yang jauh dan liar, terutama akibat fantasi tanpa pimpinan.
2.      Karena kita dikuasai oleh fantasi akan timbul rasa berdosa dan orang mudah berbohong karena dikuasai fantasi tersebut.
3.      Jika fantasi itu berlebihan maka akan terjadi kepuasan dalam lamunan.
4.      Berfantasi secara berlebihan karena tidak tahan menghadapi kesulitan hidup bisa berakibat putus asa da kecewa pada saat orang harus kembali ke dunianya yang sebenarnya.
Macam-macam tes fantasi adalah sebagai berikut:[6]
1.      Tes Binet : melengkapi gambar
2.      Tes Masselon : tes tiga kata
3.      Tes Hindustri : yaitu tes yang digunakan dua bahasa yang sudah dan belum dikenal oleh anak, dan artinya bisa dijodohkan dalam baris kanan dan kiri.
4.      Tes Obsurditi : tes kemustahilan, yaitu cerita disuruh mencari kemustahilan dalam isi cerita itu
5.      Tes Rorchach : yaitu tes menelaah bentuk gambar
6.      Tes Decoupage : yaitu tes yang dilipat lalu digantung, kemudian gambar apa yang terjadi dalam guntingan.
Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan seseorang berfantasi, maka sebaiknya dilakukan tes fantasi sebagai berikut:[7]
1.      Test Tat, yaitu test yang berwujud gambar-gambar, dan peserta test diminta bercerita tentang gambar tersebut.
2.      Tes kemustahilan, yaitu test yang berbentuk gambar-gambar atau cerita-cerita yang ustahil terjadi, dan peserta test diminta mencari kemustahilannya dalam bentuk gambar-gambar cerita-cerita yang sudah disampaikan.
3.      Heilbronner Wisma Test, yaitu test yang berwujud suatu seri gambar yang makin lama makin sempurna, dan peserta test disuruh mendeskripsikan gambar-gambarn yang semula kurang sempurna menjadi sempurna.
4.      Test Rorschach, yaitu test yang berujud gambar-gambar, dan  peserta test disuruh menginterpretasikan gambar tersebut.
D.    Penutup
Fantasi adalah sebagai aktivitas imajiner untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang lama yang telah ada, dan tanggapan yang baru itu tidaklah harus sama atau sesuai dengan benda-benda yang ada. Dengan fantasi, seseorang bisa menciptakan karya yang besar, seperti menciptakan roket, teori-teori baru dalam lapangan ilmu pengetahuan, seniman menciptakan hal baru yang sebelumnya tidak ada.
Fantasi dapat terjadi secara sengaja atau disadari dan tidak disengaja atau tidak disadari. Dari segi cara orang berfantasi, maka fantasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu fantasi abstraksi, fantasi determinasi dan kombinasi. Aktifitas yang terjadi pada fantasi, fantasi menciptakan dan fantasi dipimpin atau dituntun. Fantasi itu bisa berakibat positif dan bisa berakibat negatif.




DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin. 2007. Psikologi Pendidikan. Jogyakarta : Ar-Ruzz Media
Hatta, Ahmad . 2009. Tafsir Qur’an Per Kata. Jakarta: Maghfirah Pustaka
Mahmud,Dimyati. 1990. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan.
Yogyakarta : BPFE

Romlah. 2010. Psikologi Pendidikan. Malang : UMM Press

Soemanto, Wasty. 1990. Psikologi Pendidikan (landasan kerja pemimpin
pendidikan). Malang : Rineka Cipta

Supriyono, Widodo. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Suryabrata. 1987.  Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali
Suyanto, Agus . 1993. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara
Walgito, Bimo. 1990. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Yayasan
Penerbitan Fakultas Psikologi UGM









[1] Mahmud,Dimyati, (1990:5), Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan, BPFE, Yogyakarta
[2] Romlah, (2010),  Psikologi Pendidikan , UMM Press, Malang
[3] Suryabrata, (1987), Psikologi Pendidikan, Rajawali, Jakarta
[4] Romlah, (2010),  Psikologi Pendidikan , UMM Press, Malang
[5] Romlah, (2010),  Psikologi Pendidikan , UMM Press, Malang
[6] Supriyono, Widodo. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta


[7] Romlah, (2010),  Psikologi Pendidikan , UMM Press, Malang
FANTASI SEBAGAI SUATU KEMAMPUAN ILMU PENGETAHUAN
Paper Halaqoh
Disajikan pada tanggal 27 Desember 2012

Pengasuh:
Prof. Dr. KH. Ahmad Mudlor, S.H
Oleh:
Arsinta Sulistyorini
Mahasiswa semester III
Jurusan Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang


Halaqoh Ilmiah
LEMBAGA TINGGI PESANTREN LUHUR MALANG
Desember 2012

A.    Pendahuluan
B.      
Alhamdulillah Puji syukur kehadirat Allah SWT atas semua nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga  penulis dapat menyelesaikan paper halaqoh dengan judul Fantasi Sebagai Suatu Kemampuan Ilmu Pengetahuan. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Manusia dalam hidup dan kehidupannya selalu melaksanakan suatu aktivitas atau kegiatan. Dalam melaksanakan aktivitas tersebut seperangkat alat-alat kejiwaan dalam diri manusia bekerja. Alat-alat kejiwaan itu saling mengisi, kait-mengait antara satu dengan yang lainnya, baik bersifat fisik maupun yang bersifat psikis.
Kedua jenis aktivitas tersebut hanya dapat dibedakan, tapi tidak bisa dipisahkan, karena manusia itu merupakan satu kesatuan yang mempunyai sifat fisiologis-psikologis. Misalnya, seseorang yang sedang mengetik (aktivitas jasmaniah), harus sudah menghafal kata-kata atau kalimat yang akan diketik sekaligus hafal di mana letak huruf-hurufnya, angka-angka dan tanda-tanda lainnya (aktivitas ruhaniah).
Bagaimana kaitannya aktivitas manusia terhadap suatu ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dapat dikatakan bermutu, jika prosesnya berlangsung secara menarik dan menantang serta dengan fantasi yang sangat menarik sehingga setiap individu belajar dan mengolah serta mengembangkan kreatifitasnya sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan. Proses ilmu pengetahuan yang bermutu akan membuahkan hasil yang bermutu dan relevan dengan segala aspek dan kebutuhan.
Fantasi yang bagaimanakah yang dapat mengembangkan daya fikir dan kreatifitas sehingga dapat menciptakan teori-teori baru atau pengembangan teori-teori yang sudah ada serta mengoptimalkan kualitas ilmu pengetahuan dan pada akhirnya dicapai keunggulan sumber daya manusia yang dapat menguasai pengetahuan, keterampilan dan keahlian sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang.
C.     Pembahasan
Menurut bahasa sehari-hari fantasi adalah khayalan, lamunan, hiasan dan lain-lain. Sedangkan menurut bahasa psikologis, adalah kemampuan jiwa untuk membayangkan sesuatu berdasarkan tanggapan yang telah ada.[1] Soemanto, 1990 berpendapat bahwa fantasi adalah sebagai aktivitas imajiner untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang lama yang telah ada, dan tanggapan yang baru itu tidaklah harus sama atau sesuai dengan benda-benda yang ada.
Fantasi tidak harus didahului oleh suatu perangsang sehingga merupakan suatu bentuk kegiatan yang sangat ringan, murah, gratis, dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Di dalam dunia fantasi seseorang dapat berimajinasi sesuka hatinya dengan bebas tanpa disertai pertanggung jawaban. Dengan berfantasi seseorang bisa membentuk sesuatu yang sebelumnya tidak ada menjadi ada dan kadang-kadang hanya menjadi khayalan belaka. Fantasi juga dapat membawa manusia melewati dunia riil dan terbawa ke alam imajinasinya.
Ilmu jiwa modern memberi batasan bahwa fantasi ialah suatu daya jiwa untuk untuk menciptakan sesuatu yang baru. Tergambar dalam firman Allah:
اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى يُدَبِّرُ الْأَمْرَ يُفَصِّلُ الْآَيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ
Artinya : “Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar menurut waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.” (QS. Ar-Ra’d: 2)
               Ayat tersebut telah menggambarkan tentang Isyarat adanya Gravitasi Bumi dengan berfantasi dari tanda-tanda yang telah ditampakkan dan dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an.
Bertolak dari berbagai pengertian di atas, maka fantasi merupakan kemampuan jiwa seseorang yang dapat terjadi secara[2]:
1.      Sengaja atau disadari. Maksudnya, seseorang betul-betul menyadari akan fantasinya. Misalnya seorang pelukis yang sedang menciptakan lukisan dengan kemampuan fantasinya atau seorang pemahat yang sedang memahat arca atas dasar daya fantasinya.
Fantasi yang disadari dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu secara aktif dan yanng secara pasif. Fantasi secara aktif itu dikendalikan oleh fikiran dan kemauan sedangkan fantasi secara pasif itu tidak dikendalikan jadi seolah-olah orangnya hanya pasif saja sebagai wadah tempat bermainnya tanggapan-tanggapan.
Selanjutnya kedua macam fantasi itu, baik yang aktif atau yang pasif, dapat bersifat mengabstraksikan, atau mendeterminasikan, ataupun mengombinasikan.[3]
2.      Tidak disengaja atau tidak disadari. Hal ini terjadi apabila seseorang tidak secara sadar telah dituntun oleh fantasinya. Keadaan seperti ini sering dijumpai pada anak-anak, dimana anak sering mengemukakan sesuatu hal yang bersifat fantasi sekalipun tidak ada niatan untuk berdusta. Seperti anak memberikan berita yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, sekalipun dia tidak bermaksud untuk berbohong (dalam hal ini anak tidak menyadari telah dituntun oleh fantasinya).
Apabila dilihat dari segi cara orang berfantasi, maka fantasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu fantasi abstraksi, fantasi determinasi dan kombinasi (Bimo Walgito, 1983: 100):
1.      Fantasi abstraksi, yaitu fantasi yang beberapa keadaan atau sifat yang dikhayalkan menghilang. Misalnya anak yang belum pernah melihat gurun pasir, maka pakailah alun-alun sebagai bahan apersepsinya. Tetapi dalam menjelaskannya tanpa pohon-pohon dan rerumputan, sebab padang pasir itu seluruh tanahnya adalah terdiri dari pasir.
2.      Fantasi determinasi, yaitu menentukan bangun atau bentuk suatu obyek yang dikhayalkan dengan cara memperbesar atau memperkecil ciri-cirinya. Misalnya, gambaran kolam renang, lalu diperluas menjadi lautan. Anak yang belum pernah melihat harimau, maka kucing dipergunakan sebagai bahan apersepsi untuk memberikan pengertian tentang harimau.
3.      Fantasi kombinasi, yaitu menghubungkan tanggapan yang satu dengan yang lainnya sehingga terwujud fantasi yang berbentuk baru. Misalnya, kita berfantasi tentang  ikan duyung, maka kepalanya seperti kepala wanita cantik tapi berbadan ikan. Jadi, terdapat kombinasi antara kepala manusia dengan badan ikan.
Fantasi berbeda dengan berpikir, fantasi proses kerjanya yaitu lepas dari realitas sedangkan berpikir berusaha untuk menemukan sesuatu yang baru dan berpikir itu terikat oleh realitas.
Film Flash Gordon yang pernah kita lihat mula-mula dikenal dengan film fantasi yang kemudian menjadi kenyataan, yaitu penerbangan ke luar angkasa. Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad modern ini seperti pencipta roket, Apollo, pencipta teori-teori baru dalam lapangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah sesuatu yang tidak mungkin terwujud bilaman tanpa fantasi yang ada pada dirinya.
Aktifitas yang terjadi pada fantasi dapat dikelompokkan sebagai berikut:[4]
1.      Fantasi menciptakan, merupakan bentuk atau jenis fantasi yang menciptakan (menghasilkan ciptaan) sesuatu. Misalnya seorang  ahli mode pakaian telah mendesain atau menciptakan model pakaian atas dasar daya fantasinya, sesuai dengan tren-tren masanya, atau seorang pelukis yang menciptakan sesuatu lukisan atas dasar fantasinya.
2.      Fantasi dipimpin atau dituntun, merupakan bentuk atau jenis fantasi yang dituntun oleh pihak lain. Misalnya seorang yang sedang menonton di TV, maka orang tersebut dapat mengikuti apa yang dilihatnya dan dapat berfantasi tentang keadaan atau tempat-tempat lain melalui TV. Begitu juga kalau seseorang berfantasi karena mendengarkan suatu berita atau membaca suatu cerita, maka secara tidak langsung orang tersebut akan mengikuti apa yang didengar atau dibaca.
Fantasi bila dibandingkan dengan kemampuan-kemampuan jiwa yang lain ternyata fantasi itu bisa berakibat positif dan bisa berakibat negatif. Adapun fantasi yang positif, misalnya:[5]
1.              Dengan fantasi, seseorang bisa menciptakan karya yang besar, seperti menciptakan roket, teori-teori baru dalam lapangan ilmu pengetahuan, seniman menciptakan hal baru yang sebelumnya tidak ada.
2.              Dengan fantasi seseorang bisa mengambil intisari dan mengikuti perjalanan sejarah sekaligus bisa membentuk watak seseorang.
3.              Dengan fantasi seseorang bisa melaksanakan dan merintis kehidupan yang lebih baik dan memilih bekal untuk menempuh kehidupan yang lebih indah dan bahagia.
4.              Fantasi memungkinkan orang untuk  melepaskan diri dari ruang dan waktu, dengan demikian maka dia dapat:
a. Memahami apa yang terjadi di tempat lain, hal inilah antara lain yang memungkinkan orang belajar geografi.
b. Memahami apa yang terjadi waktu yang lain , hal inilah antara lain yang memungkinkan orang belajar sejarah.
5. Dengan alat-alat pelajaran/pengajaran untuk dapat mengembangkan fantasi anak didik secara luas dan leluasa.
6. Fantasi memungkinkan manusia untuk menciptakan sesuatu yang dikejar, membentuk masa depan yang ideal dan berusaha merealisasikannya.
7. Fantasi memungkinkan orang untuk menyelesaikan konflik riil secara imajiner, sehingga dapat mengurangi tegangan psikis, dan menjaga keseimbangan batin.

Sedang fantasi yang berakibat negatif adalah:
1.      Timbul fantasi yang jauh dan liar, terutama akibat fantasi tanpa pimpinan.
2.      Karena kita dikuasai oleh fantasi akan timbul rasa berdosa dan orang mudah berbohong karena dikuasai fantasi tersebut.
3.      Jika fantasi itu berlebihan maka akan terjadi kepuasan dalam lamunan.
4.      Berfantasi secara berlebihan karena tidak tahan menghadapi kesulitan hidup bisa berakibat putus asa da kecewa pada saat orang harus kembali ke dunianya yang sebenarnya.
Macam-macam tes fantasi adalah sebagai berikut:[6]
1.      Tes Binet : melengkapi gambar
2.      Tes Masselon : tes tiga kata
3.      Tes Hindustri : yaitu tes yang digunakan dua bahasa yang sudah dan belum dikenal oleh anak, dan artinya bisa dijodohkan dalam baris kanan dan kiri.
4.      Tes Obsurditi : tes kemustahilan, yaitu cerita disuruh mencari kemustahilan dalam isi cerita itu
5.      Tes Rorchach : yaitu tes menelaah bentuk gambar
6.      Tes Decoupage : yaitu tes yang dilipat lalu digantung, kemudian gambar apa yang terjadi dalam guntingan.
Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan seseorang berfantasi, maka sebaiknya dilakukan tes fantasi sebagai berikut:[7]
1.      Test Tat, yaitu test yang berwujud gambar-gambar, dan peserta test diminta bercerita tentang gambar tersebut.
2.      Tes kemustahilan, yaitu test yang berbentuk gambar-gambar atau cerita-cerita yang ustahil terjadi, dan peserta test diminta mencari kemustahilannya dalam bentuk gambar-gambar cerita-cerita yang sudah disampaikan.
3.      Heilbronner Wisma Test, yaitu test yang berwujud suatu seri gambar yang makin lama makin sempurna, dan peserta test disuruh mendeskripsikan gambar-gambarn yang semula kurang sempurna menjadi sempurna.
4.      Test Rorschach, yaitu test yang berujud gambar-gambar, dan  peserta test disuruh menginterpretasikan gambar tersebut.
D.    Penutup
Fantasi adalah sebagai aktivitas imajiner untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang lama yang telah ada, dan tanggapan yang baru itu tidaklah harus sama atau sesuai dengan benda-benda yang ada. Dengan fantasi, seseorang bisa menciptakan karya yang besar, seperti menciptakan roket, teori-teori baru dalam lapangan ilmu pengetahuan, seniman menciptakan hal baru yang sebelumnya tidak ada.
Fantasi dapat terjadi secara sengaja atau disadari dan tidak disengaja atau tidak disadari. Dari segi cara orang berfantasi, maka fantasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu fantasi abstraksi, fantasi determinasi dan kombinasi. Aktifitas yang terjadi pada fantasi, fantasi menciptakan dan fantasi dipimpin atau dituntun. Fantasi itu bisa berakibat positif dan bisa berakibat negatif.




DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin. 2007. Psikologi Pendidikan. Jogyakarta : Ar-Ruzz Media
Hatta, Ahmad . 2009. Tafsir Qur’an Per Kata. Jakarta: Maghfirah Pustaka
Mahmud,Dimyati. 1990. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan.
Yogyakarta : BPFE

Romlah. 2010. Psikologi Pendidikan. Malang : UMM Press

Soemanto, Wasty. 1990. Psikologi Pendidikan (landasan kerja pemimpin
pendidikan). Malang : Rineka Cipta

Supriyono, Widodo. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Suryabrata. 1987.  Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali
Suyanto, Agus . 1993. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara
Walgito, Bimo. 1990. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Yayasan
Penerbitan Fakultas Psikologi UGM









[1] Mahmud,Dimyati, (1990:5), Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan, BPFE, Yogyakarta
[2] Romlah, (2010),  Psikologi Pendidikan , UMM Press, Malang
[3] Suryabrata, (1987), Psikologi Pendidikan, Rajawali, Jakarta
[4] Romlah, (2010),  Psikologi Pendidikan , UMM Press, Malang
[5] Romlah, (2010),  Psikologi Pendidikan , UMM Press, Malang
[6] Supriyono, Widodo. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta


[7] Romlah, (2010),  Psikologi Pendidikan , UMM Press, Malang
FANTASI SEBAGAI SUATU KEMAMPUAN ILMU PENGETAHUAN
Paper Halaqoh
Disajikan pada tanggal 27 Desember 2012

Pengasuh:
Prof. Dr. KH. Ahmad Mudlor, S.H
Oleh:
Arsinta Sulistyorini
Mahasiswa semester III
Jurusan Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang


Halaqoh Ilmiah
LEMBAGA TINGGI PESANTREN LUHUR MALANG
Desember 2012

A.    Pendahuluan
B.      
Alhamdulillah Puji syukur kehadirat Allah SWT atas semua nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga  penulis dapat menyelesaikan paper halaqoh dengan judul Fantasi Sebagai Suatu Kemampuan Ilmu Pengetahuan. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Manusia dalam hidup dan kehidupannya selalu melaksanakan suatu aktivitas atau kegiatan. Dalam melaksanakan aktivitas tersebut seperangkat alat-alat kejiwaan dalam diri manusia bekerja. Alat-alat kejiwaan itu saling mengisi, kait-mengait antara satu dengan yang lainnya, baik bersifat fisik maupun yang bersifat psikis.
Kedua jenis aktivitas tersebut hanya dapat dibedakan, tapi tidak bisa dipisahkan, karena manusia itu merupakan satu kesatuan yang mempunyai sifat fisiologis-psikologis. Misalnya, seseorang yang sedang mengetik (aktivitas jasmaniah), harus sudah menghafal kata-kata atau kalimat yang akan diketik sekaligus hafal di mana letak huruf-hurufnya, angka-angka dan tanda-tanda lainnya (aktivitas ruhaniah).
Bagaimana kaitannya aktivitas manusia terhadap suatu ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dapat dikatakan bermutu, jika prosesnya berlangsung secara menarik dan menantang serta dengan fantasi yang sangat menarik sehingga setiap individu belajar dan mengolah serta mengembangkan kreatifitasnya sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan. Proses ilmu pengetahuan yang bermutu akan membuahkan hasil yang bermutu dan relevan dengan segala aspek dan kebutuhan.
Fantasi yang bagaimanakah yang dapat mengembangkan daya fikir dan kreatifitas sehingga dapat menciptakan teori-teori baru atau pengembangan teori-teori yang sudah ada serta mengoptimalkan kualitas ilmu pengetahuan dan pada akhirnya dicapai keunggulan sumber daya manusia yang dapat menguasai pengetahuan, keterampilan dan keahlian sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang.
C.     Pembahasan
Menurut bahasa sehari-hari fantasi adalah khayalan, lamunan, hiasan dan lain-lain. Sedangkan menurut bahasa psikologis, adalah kemampuan jiwa untuk membayangkan sesuatu berdasarkan tanggapan yang telah ada.[1] Soemanto, 1990 berpendapat bahwa fantasi adalah sebagai aktivitas imajiner untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang lama yang telah ada, dan tanggapan yang baru itu tidaklah harus sama atau sesuai dengan benda-benda yang ada.
Fantasi tidak harus didahului oleh suatu perangsang sehingga merupakan suatu bentuk kegiatan yang sangat ringan, murah, gratis, dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Di dalam dunia fantasi seseorang dapat berimajinasi sesuka hatinya dengan bebas tanpa disertai pertanggung jawaban. Dengan berfantasi seseorang bisa membentuk sesuatu yang sebelumnya tidak ada menjadi ada dan kadang-kadang hanya menjadi khayalan belaka. Fantasi juga dapat membawa manusia melewati dunia riil dan terbawa ke alam imajinasinya.
Ilmu jiwa modern memberi batasan bahwa fantasi ialah suatu daya jiwa untuk untuk menciptakan sesuatu yang baru. Tergambar dalam firman Allah:
اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى يُدَبِّرُ الْأَمْرَ يُفَصِّلُ الْآَيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ
Artinya : “Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar menurut waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.” (QS. Ar-Ra’d: 2)
               Ayat tersebut telah menggambarkan tentang Isyarat adanya Gravitasi Bumi dengan berfantasi dari tanda-tanda yang telah ditampakkan dan dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an.
Bertolak dari berbagai pengertian di atas, maka fantasi merupakan kemampuan jiwa seseorang yang dapat terjadi secara[2]:
1.      Sengaja atau disadari. Maksudnya, seseorang betul-betul menyadari akan fantasinya. Misalnya seorang pelukis yang sedang menciptakan lukisan dengan kemampuan fantasinya atau seorang pemahat yang sedang memahat arca atas dasar daya fantasinya.
Fantasi yang disadari dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu secara aktif dan yanng secara pasif. Fantasi secara aktif itu dikendalikan oleh fikiran dan kemauan sedangkan fantasi secara pasif itu tidak dikendalikan jadi seolah-olah orangnya hanya pasif saja sebagai wadah tempat bermainnya tanggapan-tanggapan.
Selanjutnya kedua macam fantasi itu, baik yang aktif atau yang pasif, dapat bersifat mengabstraksikan, atau mendeterminasikan, ataupun mengombinasikan.[3]
2.      Tidak disengaja atau tidak disadari. Hal ini terjadi apabila seseorang tidak secara sadar telah dituntun oleh fantasinya. Keadaan seperti ini sering dijumpai pada anak-anak, dimana anak sering mengemukakan sesuatu hal yang bersifat fantasi sekalipun tidak ada niatan untuk berdusta. Seperti anak memberikan berita yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, sekalipun dia tidak bermaksud untuk berbohong (dalam hal ini anak tidak menyadari telah dituntun oleh fantasinya).
Apabila dilihat dari segi cara orang berfantasi, maka fantasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu fantasi abstraksi, fantasi determinasi dan kombinasi (Bimo Walgito, 1983: 100):
1.      Fantasi abstraksi, yaitu fantasi yang beberapa keadaan atau sifat yang dikhayalkan menghilang. Misalnya anak yang belum pernah melihat gurun pasir, maka pakailah alun-alun sebagai bahan apersepsinya. Tetapi dalam menjelaskannya tanpa pohon-pohon dan rerumputan, sebab padang pasir itu seluruh tanahnya adalah terdiri dari pasir.
2.      Fantasi determinasi, yaitu menentukan bangun atau bentuk suatu obyek yang dikhayalkan dengan cara memperbesar atau memperkecil ciri-cirinya. Misalnya, gambaran kolam renang, lalu diperluas menjadi lautan. Anak yang belum pernah melihat harimau, maka kucing dipergunakan sebagai bahan apersepsi untuk memberikan pengertian tentang harimau.
3.      Fantasi kombinasi, yaitu menghubungkan tanggapan yang satu dengan yang lainnya sehingga terwujud fantasi yang berbentuk baru. Misalnya, kita berfantasi tentang  ikan duyung, maka kepalanya seperti kepala wanita cantik tapi berbadan ikan. Jadi, terdapat kombinasi antara kepala manusia dengan badan ikan.
Fantasi berbeda dengan berpikir, fantasi proses kerjanya yaitu lepas dari realitas sedangkan berpikir berusaha untuk menemukan sesuatu yang baru dan berpikir itu terikat oleh realitas.
Film Flash Gordon yang pernah kita lihat mula-mula dikenal dengan film fantasi yang kemudian menjadi kenyataan, yaitu penerbangan ke luar angkasa. Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad modern ini seperti pencipta roket, Apollo, pencipta teori-teori baru dalam lapangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah sesuatu yang tidak mungkin terwujud bilaman tanpa fantasi yang ada pada dirinya.
Aktifitas yang terjadi pada fantasi dapat dikelompokkan sebagai berikut:[4]
1.      Fantasi menciptakan, merupakan bentuk atau jenis fantasi yang menciptakan (menghasilkan ciptaan) sesuatu. Misalnya seorang  ahli mode pakaian telah mendesain atau menciptakan model pakaian atas dasar daya fantasinya, sesuai dengan tren-tren masanya, atau seorang pelukis yang menciptakan sesuatu lukisan atas dasar fantasinya.
2.      Fantasi dipimpin atau dituntun, merupakan bentuk atau jenis fantasi yang dituntun oleh pihak lain. Misalnya seorang yang sedang menonton di TV, maka orang tersebut dapat mengikuti apa yang dilihatnya dan dapat berfantasi tentang keadaan atau tempat-tempat lain melalui TV. Begitu juga kalau seseorang berfantasi karena mendengarkan suatu berita atau membaca suatu cerita, maka secara tidak langsung orang tersebut akan mengikuti apa yang didengar atau dibaca.
Fantasi bila dibandingkan dengan kemampuan-kemampuan jiwa yang lain ternyata fantasi itu bisa berakibat positif dan bisa berakibat negatif. Adapun fantasi yang positif, misalnya:[5]
1.              Dengan fantasi, seseorang bisa menciptakan karya yang besar, seperti menciptakan roket, teori-teori baru dalam lapangan ilmu pengetahuan, seniman menciptakan hal baru yang sebelumnya tidak ada.
2.              Dengan fantasi seseorang bisa mengambil intisari dan mengikuti perjalanan sejarah sekaligus bisa membentuk watak seseorang.
3.              Dengan fantasi seseorang bisa melaksanakan dan merintis kehidupan yang lebih baik dan memilih bekal untuk menempuh kehidupan yang lebih indah dan bahagia.
4.              Fantasi memungkinkan orang untuk  melepaskan diri dari ruang dan waktu, dengan demikian maka dia dapat:
a. Memahami apa yang terjadi di tempat lain, hal inilah antara lain yang memungkinkan orang belajar geografi.
b. Memahami apa yang terjadi waktu yang lain , hal inilah antara lain yang memungkinkan orang belajar sejarah.
5. Dengan alat-alat pelajaran/pengajaran untuk dapat mengembangkan fantasi anak didik secara luas dan leluasa.
6. Fantasi memungkinkan manusia untuk menciptakan sesuatu yang dikejar, membentuk masa depan yang ideal dan berusaha merealisasikannya.
7. Fantasi memungkinkan orang untuk menyelesaikan konflik riil secara imajiner, sehingga dapat mengurangi tegangan psikis, dan menjaga keseimbangan batin.

Sedang fantasi yang berakibat negatif adalah:
1.      Timbul fantasi yang jauh dan liar, terutama akibat fantasi tanpa pimpinan.
2.      Karena kita dikuasai oleh fantasi akan timbul rasa berdosa dan orang mudah berbohong karena dikuasai fantasi tersebut.
3.      Jika fantasi itu berlebihan maka akan terjadi kepuasan dalam lamunan.
4.      Berfantasi secara berlebihan karena tidak tahan menghadapi kesulitan hidup bisa berakibat putus asa da kecewa pada saat orang harus kembali ke dunianya yang sebenarnya.
Macam-macam tes fantasi adalah sebagai berikut:[6]
1.      Tes Binet : melengkapi gambar
2.      Tes Masselon : tes tiga kata
3.      Tes Hindustri : yaitu tes yang digunakan dua bahasa yang sudah dan belum dikenal oleh anak, dan artinya bisa dijodohkan dalam baris kanan dan kiri.
4.      Tes Obsurditi : tes kemustahilan, yaitu cerita disuruh mencari kemustahilan dalam isi cerita itu
5.      Tes Rorchach : yaitu tes menelaah bentuk gambar
6.      Tes Decoupage : yaitu tes yang dilipat lalu digantung, kemudian gambar apa yang terjadi dalam guntingan.
Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan seseorang berfantasi, maka sebaiknya dilakukan tes fantasi sebagai berikut:[7]
1.      Test Tat, yaitu test yang berwujud gambar-gambar, dan peserta test diminta bercerita tentang gambar tersebut.
2.      Tes kemustahilan, yaitu test yang berbentuk gambar-gambar atau cerita-cerita yang ustahil terjadi, dan peserta test diminta mencari kemustahilannya dalam bentuk gambar-gambar cerita-cerita yang sudah disampaikan.
3.      Heilbronner Wisma Test, yaitu test yang berwujud suatu seri gambar yang makin lama makin sempurna, dan peserta test disuruh mendeskripsikan gambar-gambarn yang semula kurang sempurna menjadi sempurna.
4.      Test Rorschach, yaitu test yang berujud gambar-gambar, dan  peserta test disuruh menginterpretasikan gambar tersebut.
D.    Penutup
Fantasi adalah sebagai aktivitas imajiner untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang lama yang telah ada, dan tanggapan yang baru itu tidaklah harus sama atau sesuai dengan benda-benda yang ada. Dengan fantasi, seseorang bisa menciptakan karya yang besar, seperti menciptakan roket, teori-teori baru dalam lapangan ilmu pengetahuan, seniman menciptakan hal baru yang sebelumnya tidak ada.
Fantasi dapat terjadi secara sengaja atau disadari dan tidak disengaja atau tidak disadari. Dari segi cara orang berfantasi, maka fantasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu fantasi abstraksi, fantasi determinasi dan kombinasi. Aktifitas yang terjadi pada fantasi, fantasi menciptakan dan fantasi dipimpin atau dituntun. Fantasi itu bisa berakibat positif dan bisa berakibat negatif.




DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin. 2007. Psikologi Pendidikan. Jogyakarta : Ar-Ruzz Media
Hatta, Ahmad . 2009. Tafsir Qur’an Per Kata. Jakarta: Maghfirah Pustaka
Mahmud,Dimyati. 1990. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan.
Yogyakarta : BPFE

Romlah. 2010. Psikologi Pendidikan. Malang : UMM Press

Soemanto, Wasty. 1990. Psikologi Pendidikan (landasan kerja pemimpin
pendidikan). Malang : Rineka Cipta

Supriyono, Widodo. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Suryabrata. 1987.  Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali
Suyanto, Agus . 1993. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara
Walgito, Bimo. 1990. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Yayasan
Penerbitan Fakultas Psikologi UGM









[1] Mahmud,Dimyati, (1990:5), Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan, BPFE, Yogyakarta
[2] Romlah, (2010),  Psikologi Pendidikan , UMM Press, Malang
[3] Suryabrata, (1987), Psikologi Pendidikan, Rajawali, Jakarta
[4] Romlah, (2010),  Psikologi Pendidikan , UMM Press, Malang
[5] Romlah, (2010),  Psikologi Pendidikan , UMM Press, Malang
[6] Supriyono, Widodo. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta


[7] Romlah, (2010),  Psikologi Pendidikan , UMM Press, Malang