Makalah
Sejarah Peradaban Islam
Ahmadiah
Faham Sesat Antek Inggris
Oleh:
Arsinta Sulistyorini (11620077)
Pembimbing : M. Mukhlis Fahruddin, M.S.I
:
Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Fakultas
Sains dan Teknologi Jurusan Biologi
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Pada
abad kedua puluh telah tumbuh dan berkembang dua buah kelompok yang sangat
buruk dengan dukungan kaum penjajah kafir dalam rangka mengubah kaum Muslimin
dari Kiblat dan Ka’bah mereka. Tempat tambatan hati mereka dan tempat keindahan yang mulia dari
Makkah Al-Mukarramah, madinah Munawwarah, lalu mereka terfokuskan di
negara-negara yang mereka tinggal dan hidup di dalamnya. Untuk memutuskan tali penghubung yang sangat kokoh yang mengikat
berjuta-juta orang yang terbentang dari timur hingga barat, dari utara hingga
selatan. Tali ikatan yang karenanya mereka yang tinggal di Bkhara dan
Samarkand, karena penyakit yang berjangkit di kalangan mereka yang tinggal di
lembah-lembah Nil. Membangkitkan mereka yang tinggal di pedalaman Hijaz dan
gurun-gurun Nejed karena derita mereka yang tinggal di dua lembah Himalaya dan
dataran tinggi Kasyimir. Salam satu dari dua kelompok itu adalah Al-Qadiyaniyah,
sebuah antek penjajah di atas benua India. Yang kedua adalah Al-Bahaiyah.
Al-Qadiyaniah berhasil membangu tujuan utama dan mereka terdidik di bawah
asuhan para musuh Islam dan kaum Muslimin. Ia dipersiapkan oleh orang-orang
yang menanti-nanti marabahaya atas umat Muhammad Shallallahu Alaihi wa Salam dengan segala sarana dan fasilitas,
baik yang bersifat maetri atau nonmateri. Mereka diberi harta dengan sejumlah
yang sangat besar, tugas yang tinggi, kedudukan yang sangat luhur,
keistimewaan-keistimewaan khusus dari pihak orang-orang Hindustan sebagaimana
mereka dibantu oleh kalangn Yahudi dengan berbagai argumentasi, sekalipun
sangat lemah arguentasi itu. Dan inilah yang melatarbelakangi kami untuk
mengulas lebih lanjut tentang Ahmadiyah faham sesat Antek Inggris.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
Adapun
rumusan masalah dalam makalah yang berjudul Ahmadiah faham sesat Antek Inggris
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah
Sejarah Berdirinya Ahmadiyah ?
2. Bagaimanakah
Persebaran dan Perkembangan Ahmadiyah di Indonesia?
3. Bagaimanakah
Ahmadiah dikatakan Faham sesat Antek Inggris ?
1.3 TUJUAN
Adapun
tujuan dari makalah yang berjudul Ahmadiah faham sesat Antek Inggris adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui
dan memahami Sejarah Berdirinya Ahmadiyah.
2. Mengetahui
dan memahami Persebaran dan Perkembangan Ahmadiyah.
3. Mengetahui
dan memaahami Ahmadiyah dikatakan Faham sesat Antek Inggris.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah
Berdirinya Ahmadiyah
Para
pemuka dan pemimpin penjajah Britania berkumpul di London dan merencanakan satu
langkah yang paling berbahaya untuk memusuhi Islam. Setelah analisa yang
mendalam dan pembahasan yang mendetail ternyata tidak ada benua mana pun di
dunia ini kelompok yang memusuhi mereka
selain Islam. Oleh sebab itu, untuk memperkokoh kekuatan penjajah harus
dilakukan upaya untuk memecah-belah kekuatan Islam itu. Akan tetapi, bukan
dengan cara menyerbunhya, tetapi dengan cara membentuk kelompok-kelompok sesat
di antara mereka sendiri yang tetap membawa nama Islam dan sebenarnya adalah
penghancur dasar-dasar dan fondasi-fondasinya. Kelompok-kelompok itu didukung
dengan berbagai sarana dan prasarana serta berbagai bantuan materi dan lain-lain agar mereka bekerja untuk
mereka, memata-matai kaum muslimin sehingga dengan demikian kelompok-kelompok
itu menggandeng tangan dengan tujuan seperti itu dengan sangat bagus dan kokoh
sekali. Dalam waktu yang bersamaan diutuslah delegasi-delegasi khusus di
Negara-negara jajahan untuk mencari kondisi dan penghiantan agar bisa membeli
persaan dan iman mereka, sensitivitas dan perasaan-perasaan mereka.
Delegasi ini bergerak mencari sejumlah penghianat bangsa dan bangsa mana saja
yang bebas dari orang-orang semacam mereka. Ternyata orang yang paling
berbahaya dan menjadi antek penjajah Inggris di India adalah Ghulam Ahmad Al-Ahmadi
Al-Qodiani. Sedangkan di Iran terdapat Miza Husein Ali yang lebih dikenal
dengan Bahullah. Yang keduanya ini
lebih berani dan bodoh. Ia menampakkan permusuhan dan kebenciannya kepada Islam
dan kaum Muslimin.
Ada
perbedaan antara mereka berdua. Orang yang kedua ini cenderung ceroboh dan
dungu. Ia tunjukkan permusuhan dan kebenciaannya pada Islam dan kaum muslimin.
Dengan lancangnya ia berani mengatakan bahwa dirinya bisa menghapus Al-Qur’anul
Karim dengan kitabnya yang sarat dengan kesalahan, dan bahwa ajarannya
menghapuskan syari”at Muhammad SAW. Praktis ancaman bahayanya lebih ringan.
Sedangkan antek yang pertama, yakni Ghulam Ahmad Al-Qodiyani, sangatlah licik.
Ia pendam kedengkian dan kebenciannya pada Islam, lalu tampil dengan dengan
klaim sebagai pembaharu (reformis) ajaran Islam di kali pertama dan sebagai Al-Mahdi
di kali yang lain. Kemudian, setelah itu ia meloncat jauh dengan mengaku
sebagai nabi. Ia mengatakan bahwa dirinya seorang nabi yang diutus dan diberi
wahyu. Tapi dirinya bukan nabi yang
‘independen’, melainkan nabi yang mengikuti, seperti halnya Nabi Harun terhadap
Nabi Musa.
Sedangkan
antek yang pertama, yakni Ghulam Ahmad
Al-Qodiyani,sangatlah licik. Ia pendam kedengkian dan kebenciannya pada
Islam, lalu tampil dengan klaim sebagai pembaharu (reformis) ajaran Islam di
kali pertama dan sebagai Al-Mahdi di kali yang lain. Kemudian, setelah itu ia
meloncat jauh dengan mengaku sebagai nabi. Ia mengatakan bahwa dirinya seorang
nabi yang diutus dan diberi wahyu. Tapi dirinya bukan nabi yang
‘independen’,melainkan nabi yang mengikut, seperti halnya Nabi Harun terhadap
Nabi Musa. Ia juga mengobrol pemikiran-pemikiran sesat. Dengan demikian ia
telah berada di barisan kaum Muslimin. Karena dengan keluar dari Islam tidak
mungkin ia bisa membantu.Di antara sokongan terbesarnya untuk Inggris berupa fatwa
yang dikeluarkannya. Bahwa seorang Muslim tidak boleh angkat senjata di hadapan
orang Inggris karenakarena jihad sudah ditiadakan. Orang-orang Inggris adalah
para khalifah Allah di muka bumi. Maka tidak boleh ada upaya untuk menghadapi
mereka. Tentu kaum imperialis sangat senang, mereka memberikan bantuan apa
saja, mulai dari perlindungan,harta benda, sampai orang-orang yang akan menjadi
pengikutnya. Orang yang selama hidupnya tidak pernah melihat uang 100 pound
tiba-tiba melihat ratusan ribu poung setiap harinya. Orang miskin pegawai
rendahan yang mendapat gaji lebih besar daripada pernah didapat tuan merek. Ini
semua berkat penjajah Inggris sebagaimana yang disampaikannya kepada ratu
Inggris saat mengunjungi India. Selanjutnya, pihak memfokuskan segala upaya
untuk menumbuhkan dan merawat pohon ‘berduri’ ini. Mereka mensosialisasikannya
pada masyarakat; mengangkat kedudukannya di bawah perlindungan mereka; dan
mendukunganya untuk menyerang kaum muslimin dan Islam, terutama menyerang para
pemuka dan ulama-ulama mencoreng kehormatan kema kaum muslimin. Bahkan,
melecehkan kehormatan para nabi dan penghulu para rosul, Muhammad SAW. Selain
juga mencorenng kehormatan keturunan beliau, Hasan dan Husain, kehormatan para
khulafa’,serta orang-orang yang memiliki kekerabatan karena ikatan pernikahan
dengan beliau dan yang dikasihi beliau, seperti: Abu Bakar, Umar, Utsman,Ali,
dan seluruh sahabat beliau yang bertebar kebaikan.Oleh sebab itu, seluruh ulama
muslimin sepakat memvonis Ghulam Ahmad kafir dan memfatwakan kewajiban
mebunuhnya karena mengaku sebagai nabi,
menghina para nabi, dan mencaci-maki para rosul, serta menolak dasar-dasar
ajaran agama Islam yanglurus. Tapi tuan kolonialnya memberikan pembelaan, serta
melindunginya dari kemarahan dan
kebencian umat islam. Sehingga mereka tidak dapat berbuat apa-apa untuk
melawannya.Kendati demikian, ulama-ulama Islam tetap berupaya mendebat dan
menantangnya berdiskusi. Mereka menampakkan
kebenaran dan mempecundangi kebatilan. Di anatara mereka yang paling
emnonjol adalah ulama kharismatik Syaikh Tsana’ulloh Amritsari yang tidak sekali
berhasil mengalahkannya dan menegakkan hujjah padanya, hingga pada akhirnya
beliau menantangnya melakukan mubahalah bahwa: Siapa pun di antara keduanya
yang berdusta, maka akan mati secara tidak
wajar mendahului orang yang jujur. Untuk kesekian kalinya, kebenaran
menampilkan diri. Tak pernah lama dari pelaksanaan mubahalah ini, Ghulam Ahmad
mati secara mengenaskan hingga semua orang merasa jijik sekedar menceritakannya, sebagaimana
yang akan kami jelaskan secara terperinci.Tapi
sangat disayangkan, kelompok murtad ini yang sama sekali tidak memiliki
hubungan dengan Islam, pun Islam berlepas diri darinya kembali merangsek masuk
ke dalam barisan kaum muslimin. Dengan memperlihatkan bahwa mereka ke dalam
barisan kaum muslimin. Dengan memperlihatkan bahwa mereka meyakini semua yang
diyakini oleh kaum muslimin dan tidak ada perbedaan di antara mereka selain
dalam urusan –urusan yang sepele dan bersifat cabang. Lagi-lagi mereka dibantu
oleh tuan mereka yang dulu melalui penyebaran brosur-brosur dan semacamnya di
Negara-negara Eropa dan Afrika. Bahkan, sebuah lembaga Kristen dalam apendiks
kamus Al-Munjid ikut menyebarkan dengan menuliskan bahwa Qodaniyah adalah salah
satu nama kelompok dari berbagai kelompok Islam. Hanya saja mereka meyakini
tidak berlakunya kewajiban jihad atas kaum muslimin.
2.2 Pendiri
Ahmadiah
Foto Mirza Ghulam Ahmad bin Mirza Ghulam
Murtadza bin ‘Atha Muhammad bin Gull Muhammad.
Pendiri
Ahmadiah bernama lengkap Mirza Ghulam Ahmad bin Mirza Ghulam Murtadza bin ‘Atha
Muhammad bin Gull Muhammad. Kata Mirza adalah nama keluarga atau fam. Dalam farmn ini ada yang masuk Ahmadiyah, tapi banyak juga yang menentang Ahmadiyah. Kata Ghulam
beraal dari bahasa Urdu yang artinya
Hamba/Pembantu/Budak. Kata Ahmad diabil dari nama kedua bagi nabi Muhammad SAW.
Dan kata Qadiyani dipakai karena dia berasal dar kota Qadiyan yang terletak di
Negara India. Jadi, arti dari nam Mirza Ghulam Ahmad Murtadza, dan arti dari
nama itu juga adalah hambanya/pembantunnya/budaknya Ali al-Murtadza (Imam Ali
ra.). Nama bapaknya adalah Mirza Ghulam Ahmad adalah Ghulam Qadir yang memiliki
arti, hambanya/pembantunya/budaknya Abdul Qadir Jaelanira. Dengan demikian, istilah ‘pembantu mimpi jadi
majikan’ cocok untuk Mirza Ghulam Ahmad Qadiyani. Tokoh
utama Ajaran Ahmadiyah adalah Mirza Ghulam Ahmad (ميرزا
غلام اØمد)
(lahir di Qadian, Punjab, India, 13 Februari 1835 – meninggal 26 Mei 1908 pada
umur 73 tahun), seorang tokoh rohaniawan dari Qadian, India, dia adalah pendiri
gerakan keagamaan Ahmadiyah. Dia mengaku sebagai “kedatangan Yesus/Isa yang
kedua kalinya”, Mesias yang dijanjikan, Imam Mahdi, begitu juga sebagai
Mujaddid diabad ke 14 Islam. bagaimanapun, pengakuannya tidak begitu saja
diterima oleh sebagian umat Muslim dan sebagian besar melihatnya sebagai nabi
palsu.
Dia pernah mengatakan, melalui “wahyu” yang
konon diterimanya, bahwa salah seorang seterunya akan mati pada waktu tertentu.
Tetapi ternyata, seteru yang ia sebutkan tidak mati. Maka para ulama pun
menyanggahnya dengan mengatakan: “Engkau katanya nabi, tidak berbicara kecuali
dengan wahyu. Bagaimana mungkin janji Allah tidak tepat?” Menanggapi bantahan
dari para ulama ini, Mirza Ghulam Ahmad bukannya memberi jawaban dengan bukti
dan dalil, tetapi justru melontarkan cacian: “Orang-orang yang menentangku,
mereka lebih najis dari babi.” (Najam Atsim, hal. 21, karya Ghulam Ahmad). Cacian-cacian
lain yang keluar dari Mirza Ghulam Ahmad ini sudah sangat keterlaluan. Sebab
orang-orang umum saja tidak akan sanggup mengatakannya. Sang anak, Mahmud Ahmad
bin Ghulam pernah mendengar ada orang yang mencaci orang lain dengan sebutan “hai
anak haram”, maka ia (Mahmud Ahmad) mengatakan: “Orang seperti ini, pada masa
Umar dihukum pidana pukul karena melakukan qadzaf (tuduhan zina). Tetapi
sekarang, dapat di dengar seseorang mencela orang lain dengan celaan itu, namun
mereka tidak bereaksi. Seolah-olah celaan ini tida ada artinya di mata mereka.”
(Khutbah Al-Jum’ah, Mahmud Ahmad bin Ghulam, Koran Al-Fadhl, 13 Februari 1922M).
Tetapi ironisnya, ayahnya justru pernah mencela seorang ulama dengan ucapan
“hai anak pelacur”. (Najim Atsim, hal. 228, karya Ghulam Ahmad). Mengacu kepada
pernyataan Mahmud Ahmad, bukankah berarti Mirza Ghulam ini pantas untuk dihukum
pukul? Dan ucapan itu tidak hanya terjadi sekali atau dua kali, tetapi sangat
sering dilontarkan ayahnya “sang mujaddid akhlak”. Contoh lainnya, di dalam
khutbahnya, ia pernah menyampaikan: “Itu adalah kitab. Akan dilihat oleh setiap
muslim dengan penuh kecintaan dan sayang serta ia mendapatkan manfaat darinya.
Dia akan menerima dan membenarkan dakwahku, kecuali keturunan-keturunan para pelacur
yang telah Allah kunci hati mereka. Mereka tidak akan menerima.” (Mir’atu
Kamalati Al-Islam, hal. 546, karya Ghulam Ahmad). Begitulah contoh akhlak Mirza
Ghulam Ahmad. Semoga kita terlindung dari perbuatan tercela.
Komentar
Mirza Ghulam Ahmad Terhadap Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Banyak
orang yang celaka muncul di muka bumi karena mencela para rasul, tetapi tidak
banyak yang sekaliber Mirza Ghulam Ahmad dan para pengikutnya, dalam mencela
para rasul, “mencuri” kenabian. Allah berfirman. “Dan siapakah yang lebih
zhalim daripada orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah…” (Qs. Al-An’am:
93). Dia mengklaim sebagai nabi dan rasul-Nya, seperti yang dilakukan oleh
Musailamah dan Al-Aswad An-Ansi. Langkah berikutnya, ia mengaku sebagai orang
yang paling utama dari dari seluruh nabi dan rasul. Sebagaimana ia menyatakan
dirinya telah dianugerahi segala yang telah diberikan kepada seluruh para nabi
(Durr Tsamin, hal. 287-288, karya Ghulam Ahmad). Dalam pernyataan yang lain, ia
mengatakan, sesungguhnya Nabi (Muhammad) mempunyai tiga ribu mukjizat saja.
“Sedangkan aku memiliki mukzijat lebih dari satu juta jenis”, kata Ghulam Ahmad
(Tadzkirah Asy-Syahadatain, hal. 72, karya Ghulam Ahmad)
Di
lain tempat, katanya, Islam muncul bagaikan perjalanan hilal (bulan, dari
kecil), dan kemudian ditaqdirkan mencapai kesempurnaannya di abad ini menjadi
badr (bulan pernama), dengan dalil (menurutnya)… (Khutbah Al-Hamiyah, hal. 184,
karya Ghulam Ahmad), sebuah tafsiran yang kental nuansa tahrifnya (penyelewengan),
layaknya perlakuan kaum Yahudi terhadap Taurat. Sebuah makna yang tidak
dikehendaki Allah, tidak pernah disinggung Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
ataupun terbetik di benak salah seorang sahabat, para imam dan ulama tafsir.
Demikian salah satu trik untuk merendahkan kedudukan Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Salah seorang juru dakwah mereka, juga tidak ketinggalan
ikut membeo merendahkan martabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan
mengatakan: “Sesungguhnya Muhammad pernah sekali datang kepada kami. Pada waktu
itu, beliau lebih agung dari bi’tsah yang pertama. Siapa saja yang ingin
melihat Muhammad dengan potretnya yang sempurna, hendaknya ia memandang Ghulam
Ahmad di Qadian.” (Koran milik Qadiyaniah, Badr, 25 Oktober 1902M).
Kritik
Sang Nabi Palsu Terhadap Beberapa Nabi. Mirza Ghulam Ahmad pernah berkomentar
tentang Nabi Isa: “Sesungguhnya Isa tidak mampu mengatakan dirinya sebagai
orang shalih. Sebab orang-orang mengetahui kalau dia suka minum-minuman keras
dan perilakunya tidak baik.” (Hasyiyah Sitt Bahin, hal. 172, karya Ghulam
Ahmad). Komentar miring lainnya, menurutnya, Isa cenderung menyukai para
pelacur. Karenanya nenek-neneknya adalah termasuk pelacur (Dhamimah Anjam
Atsim, Hasyiyah, hal. 7, karya Ghulam Ahmad). Anehnya, meski perkataan yang
keluar dari mulutnya sangat kotor, tetapi ternyata Mirza Ghulam Ahmad
“bersabda” dalam hadits palsunya: “Sesungguhnya celaan, makian, bukan perangai
orang-orang shidiq. Dan orang yang beriman, bukanlah orang yang suka melaknat.”
(Izalatul Auham, hal. 66).
Cacian
Mirza Ghulam Ahmad Kepada Para Sahabat. Para sahabat pun tidak lepas dari
cercaan yang dilancarkan Ghulam Ahmad. Termasuk penghulu para remaja/pemuda di
surga kelak, yaitu Hasan, Husain, juga Abu Bakar dan Umar. Mirza Ghulam Ahmad
ini mengataan: “Orang-orang mengatakan aku lebih utama dari Hasan dan Husain.
Maka aku jawab, Itu benar. Aku lebih utama dari mereka berdua. Dan Allah akan
menunjukkan keutamaan ini.” (I’jaz Ahmadi, hal. 58, karya Ghulam Ahmad). Salah
seorang anaknya dengan congkak berkata: “Dimana kedudukan Abu Bakar dan Umar
(tidak ada apa-apanya) bila dibandingkan dengan kedudukan Mirza Ghulam Ahmad?
Mereka berdua saja tidak pantas untuk membawa sandalnya.” (Kitab Al-Mahdi,
Pasal 304, hal. 57, karya Muhammad Husain Al-Qadiyani).
Tentang
Abu Hurairah, Ghulam Ahmad mengatakan: “Abu Hurairah orang yang dungu. Dia
tidak memiliki pemahaman yang lurus.” (I’jaz Ahmadi, hal. 140). Perhatikan!
Padahal ia sendirilah orang yang dungu, lagi bodoh. Lihat pengakuannya:
“Sesungguhnya ingatanku sangat buruk. Aku lupa orang-orang yang sering
menemuiku.” (Maktubat Ahmadiyah, hal. 21)
Kematian
Mirza Ghulam Ahmad. Menyaksikan sepak terjangnya yang kian menjadi, maka para
ulama saat itu berusaha menasehati Mirza Ghulam Ahmad, agar ia bertaubat dan
berhenti menyebarkan dakwahnya yang sesat. Nasihat para ulama ternyata tidak
membuahkan hasil. Dia tetap bersikukuh tidak memperdulikan. Akhirnya, para
ulama sepakat mengeluarkan fatwa tentang kekufurannya. Di antara para ulama
yang sangat kuat menentang dakwah Mirza Ghulam Ahmad, adalah Syaikh Tsanaullah.
Mirza Ghulam Ahmad sangat terusik dengan usaha para ulama yang mengingatkannya.
Akhirnya dia mengirimkan surat kepada Syaikh Tsanaullah. Dia meminta agar
suratnya ini dimuat dan disebarkan di majalah milik Syaikh Tsanaullah. Di
antara isi suratnya tersebut, Mirza Ghulam Ahmad tidak menerima gelar pendusta,
dajjal yang diarahkan kepadanya dari para ulama masa itu. Mirza Ghulam Ahmad
menganggap dirinya, tetap sebagai seorang nabi, dan ia menyatakan bahwa para
ulama itulah yang pendusta dan penghambat dakwahnya. Sang nabi palsu ini
menutup suratnya dengan do’a sebagai berikut:
“Wahai
Allah Azza wa Jalla Yang Maha Mengetahui rahasia-rahasia yang tersimpan di
hati. Jika aku seorang pendusta, pelaku kerusakan dalam pandangan-Mu, suka
membuat kedustaan atas nama-Mu pada waktu siang dan malam hari, maka
binasakanlah aku saat Ustadz Tsanaullah masih hidup, dan berilah kegembiraan
kepada para pengikutnya dengan sebab kematianku. “Wahai Allah! Dan jika saya benar,
sedangkan Tsanaullah berada di atas kebathilan, pendusta pada tuduhan yang
diarahkan kepadaku, maka binasakanlah dia dengan penyakit ganas, seperti
tha’un, kolera atau penyakit lainnya, saat aku masih hidup. Amin.” Begitulah bunyi do’a Mirza Ghulam Ahmad.
Sebuah do’a mubahallah. Dan benarlah, do’a yang ia tulis dalam suratnya
tersebut dikabulkan oleh Allah Azza wa Jalla. Yakni 13 bulan lebih sepuluh hari
sejak do’anya itu, yaitu pada tanggal 26 bulan Mei 1908M, Mirza Ghulam Ahmad
ini dibinasakan oleh Allah Azza wa Jalla dengan penyakit kolera, yang dia
harapkan menimpa Syaikh Tsanaullah. Di akhir hayatnya, saat meregang nyawa, dia
sempat mengatakan kepada mertuanya: “Aku terkena penyakit kolera.” Dan setelah
itu, omongannya tidak jelas lagi sampai akhirnya meninggal. Sementara itu,
Syaikh Tsanaullah masih hidup sekitar empat puluh tahun setelah kematian Mirza
Ghulam Ahmad.
Meski
kematian telah menjemput Mirza Ghulam Ahmad, tetapi bukan berarti ajarannya
juga ikut mati. Ternyata kian tersebar di tengah masyarakat. Karenanya, sebagai
seorang muslim, hendaklah lebih berhati-hati, agar tidak terjerat dengan
berbagai ajaran sesat. Ya, Allah. Perlihatkanlah kepada kami kebenaran itu
sebagai sebuah kebenaran, dan berilah kami kekuatan untuk melakukannya. Ya,
Allah. Perlihatkanlah kepada kami kebatilan sebagai sebuah kebatilan, dan
berilah kami kekuatan untuk menjauhinya.
2.3 Persebaran Ahmadiah
2.3.1 Sejarah Penyebaran Ahmadiyah Qadian di
Indonesia
Tiga
pemuda dari Sumatera Tawalib yakni suatu pesantren di Sumatera Barat
meninggalkan negerinya untuk menuntut Ilmu. Mereka adalah (alm) Abubakar Ayyub
, (alm) Ahmad Nuruddin , dan (alm) Zaini Dahlan . Awalnya meraka akan berangkat
ke Mesir , karena saat itu Kairo terkenal sebagai Pusat Studi Islam . Namun Guru
mereka menyarankan agar pergi ke India karena negara tersebut mulai menjadi
pusat pemikiran Modernisasi Islam. Sampailah ketiga pemuda Indonesia itu di
Kota Lahore dan bertemu dengan Anjuman Isyaati Islam atau dikenal dengan nama
Ahmadiyah Lahore. Setelah beberapa waktu disana, merekapun ingin melihat sumber
dan pusat Ahmadiyah yang ada di desa Qadian . Dan setelah mendapatkan
penjelasan dan keterangan, akhirnya mereka Bai'at di tangan Hadhrat Khalifatul
Masih II r.a., Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a. Kemudian tiga pemuda
itu memutuskan untuk belajar di Madrasah Ahmadiyah yang kini disebut Jamiah
Ahmadiyah . Merasa puas dengan pengajaran disana, Mereka mengundang rekan-rekan
pelajar di Sumatera Tawalib untuk belajar di Qadian . Tidak lama kemudian
duapuluh tiga orang pemuda Indonesia dari Sumatera Tawalib bergabung dengan
ketiga pemuda Indonesia yang terdahulu, untuk melanjutkan studi juga baiat
masuk ke dalam Jemaat Ahmadiyah. Dua tahun setelah peristiwa itu, para pelajar
Indonesia menginginkan agar Hadhrat Khalifatul Masih II r.a. berkunjung ke
Indonesia. Hal ini disampaikan (alm) Haji Mahmud - juru bicara para pelajar
Indonesia dalam Bahasa Arab . Respon positif terlontar dari Hadhrat Khalifatul
Masih II r.a.. Ia meyakinkan bahwa meskipun beliau sendiri tidak dapat
mengunjungi Indonesia, beliau akan mengirim wakil beliau ke Indonesia.
Kemudian, (alm) Maulana Rahmat Ali HAOT dikirim sebagai muballigh ke Indonesia
sebagai pemenuhannya. Tanggal 17 Agustus 1925, Maulana Rahmat Ali HAOT dilepas
Hadhrat Khalifatul Masih II r.a berangkat dari Qadian. Tepatnya tanggal 2
Oktober 1925 sampailah Maulana Rahmat Ali HAOT di Tapaktuan , Aceh . Kemudian
berangkat menuju Padang , Sumatera Barat . Banyak kaum intelek dan orang orang
biasa menggabungkan diri dengan Ahmadiyah. Pada tahun 1926, Disana, Jemaat
Ahmadiyah mulai resmi berdiri sebagai organisasi. [10] Tak beberapa lama, Maulana Rahmat Ali HAOT
berangkat ke Jakarta , ibukota Indonesia. Perkembangan Ahmadiyah tumbuh semakin
cepat, hingga dibentuklah Pengurus Besar (PB) Jemaat Ahmadiyah dengan (alm) R.
Muhyiddin sebagai Ketua pertamanya. Terjadilah Proklamasi kemerdekaan RI pada
17 Agustus 1945. Di dalam meraih kemerdekaan itu tidak sedikit para Ahmadi
Indonesia yang ikut berjuang dan meraih kemerdekaan. Misalnya (alm) R.
Muhyiddin . Beliau dibunuh oleh tentara Belanda pada tahun 1946 karena beliau
merupakan salah satu tokoh penting kemerdekaan Indonesia. Juga ada beberapa
Ahmadi yang bertugas sebagai prajurit di Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia, dan mengorbankan diri mereka untuk negara. Sementara para Ahmadi
yang lain berperan di bidang masing-masing untuk kemerdekaan Indonesia, seperti
(alm) Mln. Abdul Wahid dan (alm) Mln. Ahmad Nuruddin berjuang sebagai penyiar
radio, menyampaikan pesan kemerdekaan Indonesia ke seluruh dunia. Sementara
itu, muballigh yang lain (alm) Mln. Sayyid Syah Muhammad merupakan salah satu
tokoh penting sehingga Soekarno , Presiden pertama Republik Indonesia , di
kemudian hari menganugerahkan gelar veteran kepada beliau untuk dedikasi beliau
kepada negara. Di tahun lima puluhan, Jemaat Ahmadiyah Indonesia mendapatkan
legalitas menjadi satu Organisasi keormasan di Indonesia. Yakni dengan
dikeluarkannya Badan Hukum oleh Menteri Kehakiman RI No. JA. 5/23/13 tertanggal
13-3-1953. Ahmadiyah tidak pernah berpolitik, meskipun ketegangan politik di
Indonesia pada tahun 1960-an sangat tinggi. Pergulatan politik ujung-ujungnya
membawa kejatuhan Presiden pertama Indonesia, Soekarno, juga memakan banyak
korban. Satu lambang era baru di Indonesia pada masa itu adalah gugurnya
mahasiswa kedokteran Universitas Indonesia, Arif Rahman Hakim , yang tidak lain
melainkan seorang khadim Ahmadiyah. Dia terbunuh di tengah ketegangan politik
masa itu dan menjadi simbol bagi era baru pada masa itu. Oleh karena itu iapun
diberikan penghargaan sebagai salah satu Pahlawan Ampera . Di Era 70-an,
melalui Rabithah Alam al Islami semakin menjadi-jadi di awal 1970-an, para
ulama Indonesia mengikuti langkah mereka. Maka ketika Rabithah Alam al Islami
menyatakan Ahmadiyah sebagai non muslim pada tahun 1974, hingga MUI memberikan
fatwa sesat terhadap Ahmadiyah. Sebagai akibatnya, Banyak mesjid Ahmadiyah yang
dirubuhkan oleh massa yang dipimpin oleh ulama. Selain itu, banyak Ahmadi yang
menderita serangan secara fisik. Periode 90-an menjadi periode pesat
perkembangan Ahmadiyah di Indonesia bersamaan dengan diluncurkannya Moslem
Television Ahmadiyya (MTA). Ketika Pengungsi Timor Timur yang membanjiri
wilayah Indonesia setelah jajak pendapat dan menyatakan bahwa Timor Timur ingin
lepas dari Indonesia, hal ini memberikan kesempatan kepada Majelis Khuddamul
Ahmadiyah Indonesia untuk mengirimkan tim Khidmat Khalq untuk berkhidmat secara
terbuka. Ketika Tahun 2000, tibalah Hadhrat Mirza Tahir Ahmad ke Indonesia
datang dari London menuju Indonesia. Ketika itu beliau sempat bertemu dan
mendapat sambuatan baik dari Presiden Republik Indonesia , Abdurahman Wahid.
BAB
III
PENUTUP
3.I Kesimpulan
Menurut
sudut pandang umum umat Islam, ajaran Ahmadiyah (Qadian) dianggap melenceng
dari ajaran Islam sebenarnya karena mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi
yaitu Isa al Masih dan Imam Mahdi, hal yang bertentangan dengan pandangan
umumnya kaum muslim yang mempercayai Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir
walaupun juga mempercayai kedatangan Isa al Masih dan Imam Mahdi setelah Beliau
saw(Isa al Masih dan Imam Mahdi akan menjadi umat Nabi Muhammad SAW). Perbedaan
Ahmadiyah dengan kaum Muslim pada umumnya adalah karena Ahmadiyah menganggap
bahwa Isa al Masih dan Imam Mahdi telah datang ke dunia ini seperti yang telah
dinubuwwatkan Nabi Muhammad SAW. Namun umat Islam pada umumnya mempercayai
bahwa Isa al Masih dan Imam Mahdi belum turun ke dunia. Sedangkan
permasalahan-permasalahan selain itu adalah perbedaan penafsiran ayat-ayat al
Quran saja. Ahmadiyah sering dikait-kaitkan dengan adanya kitab Tazkirah.
Sebenarnya kitab tersebut bukanlah satu kitab suci bagi warga Ahmadiyah, namun
hanya merupakan satu buku yang berisi kumpulan pengalaman ruhani pendiri Jemaat
Ahmadiyah, layaknya diary. Tidak semua anggota Ahmadiyah memilikinya, karena
yang digunakan sebagai pegangan dan pedoman hidup adalah Al Quran-ul-Karim
saja. Ada pula yang menyebutkan bahwa Kota suci Jemaat Ahmadiyah adalah Qadian
dan Rabwah. Namun tidak demikian adanya, kota suci Jemaat Ahmadiyah adalah sama
dengan kota suci umat Islam lainnya, yakni Mekkah dan Madinah.Sedangkan
Ahmadiyah Lahore mengakui bahwa Mirza Ghulam Ahmad hanyalah mujaddid dan tidak
disetarakan dengan posisi nabi, sesuai keterangan Gerakan Ahmadiyah Indonesia
(Ahmadiyah Lahore) untuk Indonesia yang berpusat di Yogyakarta.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul Jaiz,H. Hartono. 2002. Aliran dan Paham Sesat di Indonesia.Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar
Djamaluddin,M. Amin.2000.Ahmadiyah dan Pembajakan Al-qur’an. Jakarta:
LPPI(Lembaga Penelitian Pengkajian Islam)
Dzahir, Ihsan Illahi.2008. Ahmadiah Qodianiyah.Jakarta: Balai
Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta
Dzahir, Ihsan Illahi.2006. Mengapa Ahmadiyah Dilarang? Fakta Sejarah
dan I’tigadnya. Jakarta: Darul Falah
Dzahir, Ihsan Illahi.2008. Melacak ideology Ahmadiyah. Solo: WIP
Wacana Ilmiah Press
Dzahir, Ihsan Illahi.2010. Jejak Hitam Sang Pendusta dan Penghianat
Agama. Jakarta:LPPI (Lembaga Penelitian Pengkajian Islam)