Minggu, 25 November 2012

puisiq

Secerca Tetes Air
Air bukti cinta Tuhan pada manusia
Meneguk dunia penuh nirwana surga
Tanda bhakti suci sang bunda pertiwi
Memangku palu nan kaku bisu tak bersua
Udara menyapa angin pun bersiul merdu
Menggerus hati nan pilu menderu-deru
Sayang aku tak mau menahu menyeru
Sayatan hitam kelam nan pekat dalam darah
Benar pada benar dan salah kan jadi masalah
Lucu 



Makalah Sejarah Peradaban Islam
Ahmadiah Faham Sesat Antek Inggris
Oleh: Arsinta Sulistyorini (11620077)
Pembimbing    : M. Mukhlis Fahruddin, M.S.I
            :
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Fakultas Sains dan Teknologi Jurusan Biologi
2012

BAB I
PENDAHULUAN
1.1       LATAR BELAKANG
            Pada abad kedua puluh telah tumbuh dan berkembang dua buah kelompok yang sangat buruk dengan dukungan kaum penjajah kafir dalam rangka mengubah kaum Muslimin dari Kiblat dan Ka’bah mereka. Tempat tambatan hati  mereka dan tempat keindahan yang mulia dari Makkah Al-Mukarramah, madinah Munawwarah, lalu mereka terfokuskan di negara-negara yang mereka tinggal dan hidup di dalamnya. Untuk memutuskan tali  penghubung yang sangat kokoh yang mengikat berjuta-juta orang yang terbentang dari timur hingga barat, dari utara hingga selatan. Tali ikatan yang karenanya mereka yang tinggal di Bkhara dan Samarkand, karena penyakit yang berjangkit di kalangan mereka yang tinggal di lembah-lembah Nil. Membangkitkan mereka yang tinggal di pedalaman Hijaz dan gurun-gurun Nejed karena derita mereka yang tinggal di dua lembah Himalaya dan dataran tinggi Kasyimir. Salam satu dari dua kelompok itu adalah Al-Qadiyaniyah[1], sebuah antek penjajah di atas benua India. Yang kedua adalah Al-Bahaiyah. Al-Qadiyaniah berhasil membangu tujuan utama dan mereka terdidik di bawah asuhan para musuh Islam dan kaum Muslimin. Ia dipersiapkan oleh orang-orang yang menanti-nanti marabahaya atas umat Muhammad Shallallahu Alaihi wa Salam dengan segala sarana dan fasilitas, baik yang bersifat maetri atau nonmateri. Mereka diberi harta dengan sejumlah yang sangat besar, tugas yang tinggi, kedudukan yang sangat luhur, keistimewaan-keistimewaan khusus dari pihak orang-orang Hindustan sebagaimana mereka dibantu oleh kalangn Yahudi dengan berbagai argumentasi, sekalipun sangat lemah arguentasi itu. Dan inilah yang melatarbelakangi kami untuk mengulas lebih lanjut tentang Ahmadiyah faham sesat Antek Inggris.
1.2       RUMUSAN MASALAH
            Adapun rumusan masalah dalam makalah yang berjudul Ahmadiah faham sesat Antek Inggris adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimanakah Sejarah Berdirinya Ahmadiyah ?
2.      Bagaimanakah Persebaran dan Perkembangan Ahmadiyah di Indonesia?
3.      Bagaimanakah Ahmadiah dikatakan Faham sesat Antek Inggris ?
1.3       TUJUAN
            Adapun tujuan  dari    makalah yang berjudul Ahmadiah faham sesat Antek Inggris adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui dan memahami Sejarah Berdirinya Ahmadiyah.
2.      Mengetahui dan memahami Persebaran dan Perkembangan Ahmadiyah.
3.      Mengetahui dan memaahami Ahmadiyah dikatakan Faham sesat Antek Inggris.






BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Sejarah Berdirinya Ahmadiyah
            Para pemuka dan pemimpin penjajah Britania berkumpul di London dan merencanakan satu langkah yang paling berbahaya untuk memusuhi Islam. Setelah analisa yang mendalam dan pembahasan yang mendetail ternyata tidak ada benua mana pun di dunia ini  kelompok yang memusuhi mereka selain Islam. Oleh sebab itu, untuk memperkokoh kekuatan penjajah harus dilakukan upaya untuk memecah-belah kekuatan Islam itu. Akan tetapi, bukan dengan cara menyerbunhya, tetapi dengan cara membentuk kelompok-kelompok sesat di antara mereka sendiri yang tetap membawa nama Islam dan sebenarnya adalah penghancur dasar-dasar dan fondasi-fondasinya. Kelompok-kelompok itu didukung dengan berbagai sarana dan prasarana serta berbagai bantuan materi  dan lain-lain agar mereka bekerja untuk mereka, memata-matai kaum muslimin sehingga dengan demikian kelompok-kelompok itu menggandeng tangan dengan tujuan seperti itu dengan sangat bagus dan kokoh sekali. Dalam waktu yang bersamaan diutuslah delegasi-delegasi khusus di Negara-negara jajahan untuk mencari kondisi dan penghiantan agar bisa membeli persaan dan iman mereka, sensitivitas dan perasaan-perasaan mereka.[2] Delegasi ini bergerak mencari sejumlah penghianat bangsa dan bangsa mana saja yang bebas dari orang-orang semacam mereka. Ternyata orang yang paling berbahaya dan menjadi antek penjajah Inggris di India adalah Ghulam Ahmad Al-Ahmadi Al-Qodiani. Sedangkan di Iran terdapat Miza Husein Ali yang lebih dikenal dengan Bahullah. Yang keduanya ini lebih berani dan bodoh. Ia menampakkan permusuhan dan kebenciannya kepada Islam dan kaum Muslimin.[3]
Ada perbedaan antara mereka berdua. Orang yang kedua ini cenderung ceroboh dan dungu. Ia tunjukkan permusuhan dan kebenciaannya pada Islam dan kaum muslimin. Dengan lancangnya ia berani mengatakan bahwa dirinya bisa menghapus Al-Qur’anul Karim dengan kitabnya yang sarat dengan kesalahan, dan bahwa ajarannya menghapuskan syari”at Muhammad SAW. Praktis ancaman bahayanya lebih ringan. Sedangkan antek yang pertama, yakni Ghulam Ahmad Al-Qodiyani, sangatlah licik. Ia pendam kedengkian dan kebenciannya pada Islam, lalu tampil dengan dengan klaim sebagai pembaharu (reformis) ajaran Islam di kali pertama dan sebagai Al-Mahdi di kali yang lain. Kemudian, setelah itu ia meloncat jauh dengan mengaku sebagai nabi. Ia mengatakan bahwa dirinya seorang nabi yang diutus dan diberi wahyu. Tapi dirinya bukan  nabi yang ‘independen’, melainkan nabi yang mengikuti, seperti halnya Nabi Harun terhadap Nabi Musa.[4]
Sedangkan antek yang pertama, yakni Ghulam Ahmad  Al-Qodiyani,sangatlah licik. Ia pendam kedengkian dan kebenciannya pada Islam, lalu tampil dengan klaim sebagai pembaharu (reformis) ajaran Islam di kali pertama dan sebagai Al-Mahdi di kali yang lain. Kemudian, setelah itu ia meloncat jauh dengan mengaku sebagai nabi. Ia mengatakan bahwa dirinya seorang nabi yang diutus dan diberi wahyu. Tapi dirinya bukan nabi yang ‘independen’,melainkan nabi yang mengikut, seperti halnya Nabi Harun terhadap Nabi Musa. Ia juga mengobrol pemikiran-pemikiran sesat. Dengan demikian ia telah berada di barisan kaum Muslimin. Karena dengan keluar dari Islam tidak mungkin ia bisa membantu.Di antara sokongan terbesarnya untuk Inggris berupa fatwa yang dikeluarkannya. Bahwa seorang Muslim tidak boleh angkat senjata di hadapan orang Inggris karenakarena jihad sudah ditiadakan. Orang-orang Inggris adalah para khalifah Allah di muka bumi. Maka tidak boleh ada upaya untuk menghadapi mereka. Tentu kaum imperialis sangat senang, mereka memberikan bantuan apa saja, mulai dari perlindungan,harta benda, sampai orang-orang yang akan menjadi pengikutnya. Orang yang selama hidupnya tidak pernah melihat uang 100 pound tiba-tiba melihat ratusan ribu poung setiap harinya. Orang miskin pegawai rendahan yang mendapat gaji lebih besar daripada pernah didapat tuan merek. Ini semua berkat penjajah Inggris sebagaimana yang disampaikannya kepada ratu Inggris saat mengunjungi India. Selanjutnya, pihak memfokuskan segala upaya untuk menumbuhkan dan merawat pohon ‘berduri’ ini. Mereka mensosialisasikannya pada masyarakat; mengangkat kedudukannya di bawah perlindungan mereka; dan mendukunganya untuk menyerang kaum muslimin dan Islam, terutama menyerang para pemuka dan ulama-ulama mencoreng kehormatan kema kaum muslimin. Bahkan, melecehkan kehormatan para nabi dan penghulu para rosul, Muhammad SAW. Selain juga mencorenng kehormatan keturunan beliau, Hasan dan Husain, kehormatan para khulafa’,serta orang-orang yang memiliki kekerabatan karena ikatan pernikahan dengan beliau dan yang dikasihi beliau, seperti: Abu Bakar, Umar, Utsman,Ali, dan seluruh sahabat beliau yang bertebar kebaikan.Oleh sebab itu, seluruh ulama muslimin sepakat memvonis Ghulam Ahmad kafir dan memfatwakan kewajiban mebunuhnya karena  mengaku sebagai nabi, menghina para nabi, dan mencaci-maki para rosul, serta menolak dasar-dasar ajaran agama Islam yanglurus. Tapi tuan kolonialnya memberikan pembelaan, serta melindunginya dari  kemarahan dan kebencian umat islam. Sehingga mereka tidak dapat berbuat apa-apa untuk melawannya.Kendati demikian, ulama-ulama Islam tetap berupaya mendebat dan menantangnya berdiskusi. Mereka menampakkan  kebenaran dan mempecundangi kebatilan. Di anatara mereka yang paling emnonjol adalah ulama kharismatik Syaikh Tsana’ulloh Amritsari yang tidak sekali berhasil mengalahkannya dan menegakkan hujjah padanya, hingga pada akhirnya beliau menantangnya melakukan mubahalah bahwa: Siapa pun di antara keduanya yang berdusta, maka akan mati secara tidak  wajar mendahului orang yang jujur. Untuk kesekian kalinya, kebenaran menampilkan diri. Tak pernah lama dari pelaksanaan mubahalah ini, Ghulam Ahmad mati secara mengenaskan hingga semua orang merasa  jijik sekedar menceritakannya, sebagaimana yang akan kami jelaskan secara terperinci.[5]Tapi sangat disayangkan, kelompok murtad ini yang sama sekali tidak memiliki hubungan dengan Islam, pun Islam berlepas diri darinya kembali merangsek masuk ke dalam barisan kaum muslimin. Dengan memperlihatkan bahwa mereka ke dalam barisan kaum muslimin. Dengan memperlihatkan bahwa mereka meyakini semua yang diyakini oleh kaum muslimin dan tidak ada perbedaan di antara mereka selain dalam urusan –urusan yang sepele dan bersifat cabang. Lagi-lagi mereka dibantu oleh tuan mereka yang dulu melalui penyebaran brosur-brosur dan semacamnya di Negara-negara Eropa dan Afrika. Bahkan, sebuah lembaga Kristen dalam apendiks kamus Al-Munjid ikut menyebarkan dengan menuliskan bahwa Qodaniyah adalah salah satu nama kelompok dari berbagai kelompok Islam. Hanya saja mereka meyakini tidak berlakunya kewajiban jihad atas kaum muslimin.
2.2       Pendiri Ahmadiah
           
 Foto Mirza Ghulam Ahmad bin Mirza Ghulam Murtadza bin ‘Atha Muhammad bin Gull Muhammad.
Pendiri Ahmadiah bernama lengkap Mirza Ghulam Ahmad bin Mirza Ghulam Murtadza bin ‘Atha Muhammad bin Gull Muhammad. Kata Mirza adalah nama keluarga atau fam. Dalam farmn ini ada yang masuk Ahmadiyah, tapi banyak  juga yang menentang Ahmadiyah. Kata Ghulam beraal  dari bahasa Urdu yang artinya Hamba/Pembantu/Budak. Kata Ahmad diabil dari nama kedua bagi nabi Muhammad SAW. Dan kata Qadiyani dipakai karena dia berasal dar kota Qadiyan yang terletak di Negara India. Jadi, arti dari nam Mirza Ghulam Ahmad Murtadza, dan arti dari nama itu juga adalah hambanya/pembantunnya/budaknya Ali al-Murtadza (Imam Ali ra.). Nama bapaknya adalah Mirza Ghulam Ahmad adalah Ghulam Qadir yang memiliki arti, hambanya/pembantunya/budaknya Abdul Qadir Jaelanira. Dengan  demikian, istilah ‘pembantu mimpi jadi majikan’ cocok untuk Mirza Ghulam Ahmad Qadiyani.[6] Tokoh utama Ajaran Ahmadiyah adalah Mirza Ghulam Ahmad (ميرزا غلام احمد) (lahir di Qadian, Punjab, India, 13 Februari 1835 – meninggal 26 Mei 1908 pada umur 73 tahun), seorang tokoh rohaniawan dari Qadian, India, dia adalah pendiri gerakan keagamaan Ahmadiyah. Dia mengaku sebagai “kedatangan Yesus/Isa yang kedua kalinya”, Mesias yang dijanjikan, Imam Mahdi, begitu juga sebagai Mujaddid diabad ke 14 Islam. bagaimanapun, pengakuannya tidak begitu saja diterima oleh sebagian umat Muslim dan sebagian besar melihatnya sebagai nabi palsu.
 Dia pernah mengatakan, melalui “wahyu” yang konon diterimanya, bahwa salah seorang seterunya akan mati pada waktu tertentu. Tetapi ternyata, seteru yang ia sebutkan tidak mati. Maka para ulama pun menyanggahnya dengan mengatakan: “Engkau katanya nabi, tidak berbicara kecuali dengan wahyu. Bagaimana mungkin janji Allah tidak tepat?” Menanggapi bantahan dari para ulama ini, Mirza Ghulam Ahmad bukannya memberi jawaban dengan bukti dan dalil, tetapi justru melontarkan cacian: “Orang-orang yang menentangku, mereka lebih najis dari babi.” (Najam Atsim, hal. 21, karya Ghulam Ahmad). Cacian-cacian lain yang keluar dari Mirza Ghulam Ahmad ini sudah sangat keterlaluan. Sebab orang-orang umum saja tidak akan sanggup mengatakannya. Sang anak, Mahmud Ahmad bin Ghulam pernah mendengar ada orang yang mencaci orang lain dengan sebutan “hai anak haram”, maka ia (Mahmud Ahmad) mengatakan: “Orang seperti ini, pada masa Umar dihukum pidana pukul karena melakukan qadzaf (tuduhan zina). Tetapi sekarang, dapat di dengar seseorang mencela orang lain dengan celaan itu, namun mereka tidak bereaksi. Seolah-olah celaan ini tida ada artinya di mata mereka.” (Khutbah Al-Jum’ah, Mahmud Ahmad bin Ghulam, Koran Al-Fadhl, 13 Februari 1922M). Tetapi ironisnya, ayahnya justru pernah mencela seorang ulama dengan ucapan “hai anak pelacur”. (Najim Atsim, hal. 228, karya Ghulam Ahmad). Mengacu kepada pernyataan Mahmud Ahmad, bukankah berarti Mirza Ghulam ini pantas untuk dihukum pukul? Dan ucapan itu tidak hanya terjadi sekali atau dua kali, tetapi sangat sering dilontarkan ayahnya “sang mujaddid akhlak”. Contoh lainnya, di dalam khutbahnya, ia pernah menyampaikan: “Itu adalah kitab. Akan dilihat oleh setiap muslim dengan penuh kecintaan dan sayang serta ia mendapatkan manfaat darinya. Dia akan menerima dan membenarkan dakwahku, kecuali keturunan-keturunan para pelacur yang telah Allah kunci hati mereka. Mereka tidak akan menerima.” (Mir’atu Kamalati Al-Islam, hal. 546, karya Ghulam Ahmad). Begitulah contoh akhlak Mirza Ghulam Ahmad. Semoga kita terlindung dari perbuatan tercela.
Komentar Mirza Ghulam Ahmad Terhadap Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Banyak orang yang celaka muncul di muka bumi karena mencela para rasul, tetapi tidak banyak yang sekaliber Mirza Ghulam Ahmad dan para pengikutnya, dalam mencela para rasul, “mencuri” kenabian. Allah berfirman. “Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah…” (Qs. Al-An’am: 93). Dia mengklaim sebagai nabi dan rasul-Nya, seperti yang dilakukan oleh Musailamah dan Al-Aswad An-Ansi. Langkah berikutnya, ia mengaku sebagai orang yang paling utama dari dari seluruh nabi dan rasul. Sebagaimana ia menyatakan dirinya telah dianugerahi segala yang telah diberikan kepada seluruh para nabi (Durr Tsamin, hal. 287-288, karya Ghulam Ahmad). Dalam pernyataan yang lain, ia mengatakan, sesungguhnya Nabi (Muhammad) mempunyai tiga ribu mukjizat saja. “Sedangkan aku memiliki mukzijat lebih dari satu juta jenis”, kata Ghulam Ahmad (Tadzkirah Asy-Syahadatain, hal. 72, karya Ghulam Ahmad)
Di lain tempat, katanya, Islam muncul bagaikan perjalanan hilal (bulan, dari kecil), dan kemudian ditaqdirkan mencapai kesempurnaannya di abad ini menjadi badr (bulan pernama), dengan dalil (menurutnya)… (Khutbah Al-Hamiyah, hal. 184, karya Ghulam Ahmad), sebuah tafsiran yang kental nuansa tahrifnya (penyelewengan), layaknya perlakuan kaum Yahudi terhadap Taurat. Sebuah makna yang tidak dikehendaki Allah, tidak pernah disinggung Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ataupun terbetik di benak salah seorang sahabat, para imam dan ulama tafsir. Demikian salah satu trik untuk merendahkan kedudukan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Salah seorang juru dakwah mereka, juga tidak ketinggalan ikut membeo merendahkan martabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mengatakan: “Sesungguhnya Muhammad pernah sekali datang kepada kami. Pada waktu itu, beliau lebih agung dari bi’tsah yang pertama. Siapa saja yang ingin melihat Muhammad dengan potretnya yang sempurna, hendaknya ia memandang Ghulam Ahmad di Qadian.” (Koran milik Qadiyaniah, Badr, 25 Oktober 1902M).
Kritik Sang Nabi Palsu Terhadap Beberapa Nabi. Mirza Ghulam Ahmad pernah berkomentar tentang Nabi Isa: “Sesungguhnya Isa tidak mampu mengatakan dirinya sebagai orang shalih. Sebab orang-orang mengetahui kalau dia suka minum-minuman keras dan perilakunya tidak baik.” (Hasyiyah Sitt Bahin, hal. 172, karya Ghulam Ahmad). Komentar miring lainnya, menurutnya, Isa cenderung menyukai para pelacur. Karenanya nenek-neneknya adalah termasuk pelacur (Dhamimah Anjam Atsim, Hasyiyah, hal. 7, karya Ghulam Ahmad). Anehnya, meski perkataan yang keluar dari mulutnya sangat kotor, tetapi ternyata Mirza Ghulam Ahmad “bersabda” dalam hadits palsunya: “Sesungguhnya celaan, makian, bukan perangai orang-orang shidiq. Dan orang yang beriman, bukanlah orang yang suka melaknat.” (Izalatul Auham, hal. 66).
Cacian Mirza Ghulam Ahmad Kepada Para Sahabat. Para sahabat pun tidak lepas dari cercaan yang dilancarkan Ghulam Ahmad. Termasuk penghulu para remaja/pemuda di surga kelak, yaitu Hasan, Husain, juga Abu Bakar dan Umar. Mirza Ghulam Ahmad ini mengataan: “Orang-orang mengatakan aku lebih utama dari Hasan dan Husain. Maka aku jawab, Itu benar. Aku lebih utama dari mereka berdua. Dan Allah akan menunjukkan keutamaan ini.” (I’jaz Ahmadi, hal. 58, karya Ghulam Ahmad). Salah seorang anaknya dengan congkak berkata: “Dimana kedudukan Abu Bakar dan Umar (tidak ada apa-apanya) bila dibandingkan dengan kedudukan Mirza Ghulam Ahmad? Mereka berdua saja tidak pantas untuk membawa sandalnya.” (Kitab Al-Mahdi, Pasal 304, hal. 57, karya Muhammad Husain Al-Qadiyani).
Tentang Abu Hurairah, Ghulam Ahmad mengatakan: “Abu Hurairah orang yang dungu. Dia tidak memiliki pemahaman yang lurus.” (I’jaz Ahmadi, hal. 140). Perhatikan! Padahal ia sendirilah orang yang dungu, lagi bodoh. Lihat pengakuannya: “Sesungguhnya ingatanku sangat buruk. Aku lupa orang-orang yang sering menemuiku.” (Maktubat Ahmadiyah, hal. 21)
Kematian Mirza Ghulam Ahmad. Menyaksikan sepak terjangnya yang kian menjadi, maka para ulama saat itu berusaha menasehati Mirza Ghulam Ahmad, agar ia bertaubat dan berhenti menyebarkan dakwahnya yang sesat. Nasihat para ulama ternyata tidak membuahkan hasil. Dia tetap bersikukuh tidak memperdulikan. Akhirnya, para ulama sepakat mengeluarkan fatwa tentang kekufurannya. Di antara para ulama yang sangat kuat menentang dakwah Mirza Ghulam Ahmad, adalah Syaikh Tsanaullah. Mirza Ghulam Ahmad sangat terusik dengan usaha para ulama yang mengingatkannya. Akhirnya dia mengirimkan surat kepada Syaikh Tsanaullah. Dia meminta agar suratnya ini dimuat dan disebarkan di majalah milik Syaikh Tsanaullah. Di antara isi suratnya tersebut, Mirza Ghulam Ahmad tidak menerima gelar pendusta, dajjal yang diarahkan kepadanya dari para ulama masa itu. Mirza Ghulam Ahmad menganggap dirinya, tetap sebagai seorang nabi, dan ia menyatakan bahwa para ulama itulah yang pendusta dan penghambat dakwahnya. Sang nabi palsu ini menutup suratnya dengan do’a sebagai berikut:
“Wahai Allah Azza wa Jalla Yang Maha Mengetahui rahasia-rahasia yang tersimpan di hati. Jika aku seorang pendusta, pelaku kerusakan dalam pandangan-Mu, suka membuat kedustaan atas nama-Mu pada waktu siang dan malam hari, maka binasakanlah aku saat Ustadz Tsanaullah masih hidup, dan berilah kegembiraan kepada para pengikutnya dengan sebab kematianku. “Wahai Allah! Dan jika saya benar, sedangkan Tsanaullah berada di atas kebathilan, pendusta pada tuduhan yang diarahkan kepadaku, maka binasakanlah dia dengan penyakit ganas, seperti tha’un, kolera atau penyakit lainnya, saat aku masih hidup. Amin.”  Begitulah bunyi do’a Mirza Ghulam Ahmad. Sebuah do’a mubahallah. Dan benarlah, do’a yang ia tulis dalam suratnya tersebut dikabulkan oleh Allah Azza wa Jalla. Yakni 13 bulan lebih sepuluh hari sejak do’anya itu, yaitu pada tanggal 26 bulan Mei 1908M, Mirza Ghulam Ahmad ini dibinasakan oleh Allah Azza wa Jalla dengan penyakit kolera, yang dia harapkan menimpa Syaikh Tsanaullah. Di akhir hayatnya, saat meregang nyawa, dia sempat mengatakan kepada mertuanya: “Aku terkena penyakit kolera.” Dan setelah itu, omongannya tidak jelas lagi sampai akhirnya meninggal. Sementara itu, Syaikh Tsanaullah masih hidup sekitar empat puluh tahun setelah kematian Mirza Ghulam Ahmad.
Meski kematian telah menjemput Mirza Ghulam Ahmad, tetapi bukan berarti ajarannya juga ikut mati. Ternyata kian tersebar di tengah masyarakat. Karenanya, sebagai seorang muslim, hendaklah lebih berhati-hati, agar tidak terjerat dengan berbagai ajaran sesat. Ya, Allah. Perlihatkanlah kepada kami kebenaran itu sebagai sebuah kebenaran, dan berilah kami kekuatan untuk melakukannya. Ya, Allah. Perlihatkanlah kepada kami kebatilan sebagai sebuah kebatilan, dan berilah kami kekuatan untuk menjauhinya.
2.3 Persebaran Ahmadiah
            2.3.1    Sejarah Penyebaran Ahmadiyah Qadian di Indonesia
            Tiga pemuda dari Sumatera Tawalib yakni suatu pesantren di Sumatera Barat meninggalkan negerinya untuk menuntut Ilmu. Mereka adalah (alm) Abubakar Ayyub , (alm) Ahmad Nuruddin , dan (alm) Zaini Dahlan . Awalnya meraka akan berangkat ke Mesir , karena saat itu Kairo terkenal sebagai Pusat Studi Islam . Namun Guru mereka menyarankan agar pergi ke India karena negara tersebut mulai menjadi pusat pemikiran Modernisasi Islam. Sampailah ketiga pemuda Indonesia itu di Kota Lahore dan bertemu dengan Anjuman Isyaati Islam atau dikenal dengan nama Ahmadiyah Lahore. Setelah beberapa waktu disana, merekapun ingin melihat sumber dan pusat Ahmadiyah yang ada di desa Qadian . Dan setelah mendapatkan penjelasan dan keterangan, akhirnya mereka Bai'at di tangan Hadhrat Khalifatul Masih II r.a., Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a. Kemudian tiga pemuda itu memutuskan untuk belajar di Madrasah Ahmadiyah yang kini disebut Jamiah Ahmadiyah . Merasa puas dengan pengajaran disana, Mereka mengundang rekan-rekan pelajar di Sumatera Tawalib untuk belajar di Qadian . Tidak lama kemudian duapuluh tiga orang pemuda Indonesia dari Sumatera Tawalib bergabung dengan ketiga pemuda Indonesia yang terdahulu, untuk melanjutkan studi juga baiat masuk ke dalam Jemaat Ahmadiyah. Dua tahun setelah peristiwa itu, para pelajar Indonesia menginginkan agar Hadhrat Khalifatul Masih II r.a. berkunjung ke Indonesia. Hal ini disampaikan (alm) Haji Mahmud - juru bicara para pelajar Indonesia dalam Bahasa Arab . Respon positif terlontar dari Hadhrat Khalifatul Masih II r.a.. Ia meyakinkan bahwa meskipun beliau sendiri tidak dapat mengunjungi Indonesia, beliau akan mengirim wakil beliau ke Indonesia. Kemudian, (alm) Maulana Rahmat Ali HAOT dikirim sebagai muballigh ke Indonesia sebagai pemenuhannya. Tanggal 17 Agustus 1925, Maulana Rahmat Ali HAOT dilepas Hadhrat Khalifatul Masih II r.a berangkat dari Qadian. Tepatnya tanggal 2 Oktober 1925 sampailah Maulana Rahmat Ali HAOT di Tapaktuan , Aceh . Kemudian berangkat menuju Padang , Sumatera Barat . Banyak kaum intelek dan orang orang biasa menggabungkan diri dengan Ahmadiyah. Pada tahun 1926, Disana, Jemaat Ahmadiyah mulai resmi berdiri sebagai organisasi. [10]  Tak beberapa lama, Maulana Rahmat Ali HAOT berangkat ke Jakarta , ibukota Indonesia. Perkembangan Ahmadiyah tumbuh semakin cepat, hingga dibentuklah Pengurus Besar (PB) Jemaat Ahmadiyah dengan (alm) R. Muhyiddin sebagai Ketua pertamanya. Terjadilah Proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Di dalam meraih kemerdekaan itu tidak sedikit para Ahmadi Indonesia yang ikut berjuang dan meraih kemerdekaan. Misalnya (alm) R. Muhyiddin . Beliau dibunuh oleh tentara Belanda pada tahun 1946 karena beliau merupakan salah satu tokoh penting kemerdekaan Indonesia. Juga ada beberapa Ahmadi yang bertugas sebagai prajurit di Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, dan mengorbankan diri mereka untuk negara. Sementara para Ahmadi yang lain berperan di bidang masing-masing untuk kemerdekaan Indonesia, seperti (alm) Mln. Abdul Wahid dan (alm) Mln. Ahmad Nuruddin berjuang sebagai penyiar radio, menyampaikan pesan kemerdekaan Indonesia ke seluruh dunia. Sementara itu, muballigh yang lain (alm) Mln. Sayyid Syah Muhammad merupakan salah satu tokoh penting sehingga Soekarno , Presiden pertama Republik Indonesia , di kemudian hari menganugerahkan gelar veteran kepada beliau untuk dedikasi beliau kepada negara. Di tahun lima puluhan, Jemaat Ahmadiyah Indonesia mendapatkan legalitas menjadi satu Organisasi keormasan di Indonesia. Yakni dengan dikeluarkannya Badan Hukum oleh Menteri Kehakiman RI No. JA. 5/23/13 tertanggal 13-3-1953. Ahmadiyah tidak pernah berpolitik, meskipun ketegangan politik di Indonesia pada tahun 1960-an sangat tinggi. Pergulatan politik ujung-ujungnya membawa kejatuhan Presiden pertama Indonesia, Soekarno, juga memakan banyak korban. Satu lambang era baru di Indonesia pada masa itu adalah gugurnya mahasiswa kedokteran Universitas Indonesia, Arif Rahman Hakim , yang tidak lain melainkan seorang khadim Ahmadiyah. Dia terbunuh di tengah ketegangan politik masa itu dan menjadi simbol bagi era baru pada masa itu. Oleh karena itu iapun diberikan penghargaan sebagai salah satu Pahlawan Ampera . Di Era 70-an, melalui Rabithah Alam al Islami semakin menjadi-jadi di awal 1970-an, para ulama Indonesia mengikuti langkah mereka. Maka ketika Rabithah Alam al Islami menyatakan Ahmadiyah sebagai non muslim pada tahun 1974, hingga MUI memberikan fatwa sesat terhadap Ahmadiyah. Sebagai akibatnya, Banyak mesjid Ahmadiyah yang dirubuhkan oleh massa yang dipimpin oleh ulama. Selain itu, banyak Ahmadi yang menderita serangan secara fisik. Periode 90-an menjadi periode pesat perkembangan Ahmadiyah di Indonesia bersamaan dengan diluncurkannya Moslem Television Ahmadiyya (MTA). Ketika Pengungsi Timor Timur yang membanjiri wilayah Indonesia setelah jajak pendapat dan menyatakan bahwa Timor Timur ingin lepas dari Indonesia, hal ini memberikan kesempatan kepada Majelis Khuddamul Ahmadiyah Indonesia untuk mengirimkan tim Khidmat Khalq untuk berkhidmat secara terbuka. Ketika Tahun 2000, tibalah Hadhrat Mirza Tahir Ahmad ke Indonesia datang dari London menuju Indonesia. Ketika itu beliau sempat bertemu dan mendapat sambuatan baik dari Presiden Republik Indonesia , Abdurahman Wahid.






BAB III
PENUTUP
3.I Kesimpulan
Menurut sudut pandang umum umat Islam, ajaran Ahmadiyah (Qadian) dianggap melenceng dari ajaran Islam sebenarnya karena mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi yaitu Isa al Masih dan Imam Mahdi, hal yang bertentangan dengan pandangan umumnya kaum muslim yang mempercayai Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir walaupun juga mempercayai kedatangan Isa al Masih dan Imam Mahdi setelah Beliau saw(Isa al Masih dan Imam Mahdi akan menjadi umat Nabi Muhammad SAW). Perbedaan Ahmadiyah dengan kaum Muslim pada umumnya adalah karena Ahmadiyah menganggap bahwa Isa al Masih dan Imam Mahdi telah datang ke dunia ini seperti yang telah dinubuwwatkan Nabi Muhammad SAW. Namun umat Islam pada umumnya mempercayai bahwa Isa al Masih dan Imam Mahdi belum turun ke dunia. Sedangkan permasalahan-permasalahan selain itu adalah perbedaan penafsiran ayat-ayat al Quran saja. Ahmadiyah sering dikait-kaitkan dengan adanya kitab Tazkirah. Sebenarnya kitab tersebut bukanlah satu kitab suci bagi warga Ahmadiyah, namun hanya merupakan satu buku yang berisi kumpulan pengalaman ruhani pendiri Jemaat Ahmadiyah, layaknya diary. Tidak semua anggota Ahmadiyah memilikinya, karena yang digunakan sebagai pegangan dan pedoman hidup adalah Al Quran-ul-Karim saja. Ada pula yang menyebutkan bahwa Kota suci Jemaat Ahmadiyah adalah Qadian dan Rabwah. Namun tidak demikian adanya, kota suci Jemaat Ahmadiyah adalah sama dengan kota suci umat Islam lainnya, yakni Mekkah dan Madinah.Sedangkan Ahmadiyah Lahore mengakui bahwa Mirza Ghulam Ahmad hanyalah mujaddid dan tidak disetarakan dengan posisi nabi, sesuai keterangan Gerakan Ahmadiyah Indonesia (Ahmadiyah Lahore) untuk Indonesia yang berpusat di Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Jaiz,H. Hartono. 2002. Aliran dan Paham Sesat di Indonesia.Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Djamaluddin,M. Amin.2000.Ahmadiyah dan Pembajakan Al-qur’an. Jakarta: LPPI(Lembaga Penelitian Pengkajian Islam)
Dzahir, Ihsan Illahi.2008. Ahmadiah Qodianiyah.Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta
Dzahir, Ihsan Illahi.2006. Mengapa Ahmadiyah Dilarang? Fakta Sejarah dan I’tigadnya. Jakarta: Darul Falah
Dzahir, Ihsan Illahi.2008. Melacak ideology Ahmadiyah. Solo: WIP Wacana Ilmiah Press
Dzahir, Ihsan Illahi.2010. Jejak Hitam Sang Pendusta dan Penghianat Agama. Jakarta:LPPI (Lembaga Penelitian Pengkajian Islam)








[1] Sesungguhnya Al-Qadiyaniyah di Afrika dan negara-negara lain menamakan dari mereka Ahmadiyah untuk mengelabui dan menipu kaum Muslmin. Pada hakikatnya tidak ada hubungan bagi mereka dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang nama beliau adalah Ahmad juga. Sedangkan nama proklamatornya adalah Ghulam Ahmad Al-Qadiyani. Dengan nisbat (kaitan) ini dikeetahu keberadaannya, yaitu Pakistan dan India, yakni Al-Qadaniyah.
[2] Makalah ini dipublikasikan dalam majalah Hadharah Al-islam, di Damaskus, nomor  3, 1386 H.
[3]Tulisan ini pernah dimuat majalah,hadharah Islam, Damaskus edisi 3.
[4] Artikel ini dimuat dalam majalah Hadhorotul Islam, Damaskus, edisi 3,t . 1386 H
[5] Artikel ini dimuat dalam majalah Hadhorotul Islam, Damaskus, edisi 3,t . 1386 H
[6] Zhahir,Ihsan ilahi. JEJAK HITAM SANG PENDUSTA DAN PENGHIANAT AGAMA MIRZA GHULAM AHMAD .(Jakarta:LPPI,2010)HLM.127

puisi

Secerca Tetes Air
Air bukti cinta Tuhan pada manusia
Meneguk dunia penuh nirwana surga
Tanda bhakti suci sang bunda pertiwi
Memangku palu nan kaku bisu tak bersua
Udara menyapa angin pun bersiul merdu
Menggerus hati nan pilu menderu-deru
Sayang aku tak mau menahu menyeru
Sayatan hitam kelam nan pekat dalam darah
Benar pada benar dan salah kan jadi masalah
Lucu